Blogger Pembentukan diri remaja - suryahandayana
YAKIN & BERMANFAAT

Wednesday 13 August 2014

Pembentukan diri remaja

Masa remaja memang masa yang menyenangkan sekaligus masa yang tersulit dalam hidup seseorang. Di masa ini seorang anak mulai mencari jati diri mereka. Permasalahan yang sering timbul biasanya seputar hubungan mereka dengan orangtua. Bagaimanakah sikap yang tepat dari orangtua dan anak dalam masalah ini, apa yang harus mereka lakukan, dan bagaimana tanggung jawab mereka? Banyak orang menganggap bahwa masa remaja adalah masa yang paling menyenangkan tapi sekaligus juga paling membingungkan. Masa dimana seseorang mulai memikirkan tentang cita-cita, harapan, dan keinginan- keinginannya. Namun juga masa yang membingungkan, karena ia mulai menyadari masalah-masalah yang muncul ketika ia mencoba untuk mengintegrasikan antara keinginan diri dan keinginan orang-orang di sekitarnya.

PEMBENTUKAN DIRI REMAJA
Dalam bukunya, "Helping The Struggling Adolescent", Les Parrot III menguraikan konsep diri remaja yang terdiri dari empat aspek.
ASPEK PERTAMA adalah DIRI SUBJEKTIF, yaitu pandangan pribadi remaja tentang siapakah dirinya. Ada remaja yang menilai dirinya tampan,tapi ada pula yang menganggap dirinya tidak menarik. Ada remaja yang melihat dirinya supel, namun ada pula yang "kuper" (alias kurang pergaulan). Konsep diri subjektif bersumber dari penilaian orangtua,guru, dan teman yang telah menjadi konsep diri si remaja.
ASPEK KEDUA ialah DIRI OBJEKTIF, yakni pandangan orang lain tentang diri si remaja. Pandangan orang lain bersifat mandiri dan beragam,dalam arti pandangan ini merupakan pandangan pribadi seseorang tentang si remaja dan pandangan tiap orang tidak harus sama dengan yang lainnya. Si remaja mungkin berpikir bahwa ia adalah seseorang yang ramah dan ringan tangan (diri subjektif), namun beberapa temannya menganggap bahwa ia adalah seseorang yang mau tahu urusan orang lain (diri objektif).

ASPEK KETIGA ialah DIRI SOSIAL, yaitu pandangan si remaja akan dirinya berdasarkan pemikirannya tentang pandangan orang lain terhadap dirinya. Di sini si remaja melihat dirinya dengan menggunakan kacamata orang lain. Ia mereka-reka apa penilaian orang lain terhadap dirinya dan sudah tentu rekaan ini dapat tepat tapi dapat pula keliru. Ia mungkin menganggap bahwa orang lain melihatnya sebagai seseorang yang berani (diri sosial) namun dalam kenyataannya beberapa temannya memandangnya sebagai seseorang yang kurang ajar (diri objektif). Ia sendiri mungkin menilai dirinya bukan sebagai seseorang yang berani melainkan sekadar sebagai pembela keadilan (diri subjektif).

ASPEK KEEMPAT adalah DIRI IDEAL, yakni sosok dirinya yang paling ia dambakan atau ia cita-citakan. Diri ideal adalah diri yang belum terjadi atau terbentuk sehingga si remaja terus berusaha mencapainya. Ia mungkin melihat dirinya sebagai seseorang yang tidak stabil (diri subjektif), oleh karena itu ia senantiasa berupaya menjadi seseorang yang sabar (diri ideal).
Aspek yang paling berpotensi menimbulkan masalah bagi remaja dari keempat konsep diri ini, adalah diri sosial. Kita semua pasti pernah bertanya-tanya, apa penilaian orang lain terhadap diri kita. Pada diri remaja, pertanyaan semacam ini amatlah penting karena ia sangat bergantung pada penilaian orang lain, terutama teman-temannya. Pada remaja, konflik antara diri subjektif dan diri sosial mudah terjadi. Misalnya, pada awalnya si remaja berpikir bahwa ia adalah seorang yang alim (positif) karena orangtuanya kerap kali memujinya sebagai seorang anak yang alim. Ia sendiri menyadari bahwa ia jarang sekali melawan kehendak orangtuanya dan ia tidak pernah menerima teguran keras dari gurunya. Ia berkeyakinan bahwa menjadi anak yang alim adalah suatu hal yang baik.

0 komentar:

Post a Comment