Blogger September 2010 - suryahandayana
YAKIN & BERMANFAAT

Thursday 2 September 2010

Menggali Potensi Remaja

Ada dua hal yang harus kita perhatikan dalam upaya menggali potensi remaja sehingga mereka bisa meraih impian masa depannya.
1.Konsep diri
2.Pandangan yang benar mengenai kecerdasan.
Tiap upaya untuk menggali maupun meningkatkan potensi, prestasi maupun kompetensi seseorang, tidak terlepas dari yang bernama konsep diri. Konsep diri seorang remaja adalah cara pandangnya terhadap dirinya sendiri. Konsep diri seorang remaja terbentuk melalui pengalaman dan interaksi dengan lingkungan serta dipengaruhi siapa yang dianggap memiliki otoritas terhadap dirinya. Bagi anak remaja, guru dan orangtua-lah yang dianggap memiliki otoritas. Kosep diri ini mempengaruhi cara seorang remaja berpikir, bersikap dan bertindak dalam hal apa pun, baik dalam berhubungan dengan orang lain maupun dalam kegiatan yang dikerjakan. Konsep diri terdiri atas diri ideal, citra diri dan harga diri.
Diri ideal adalah sesosok individu yang diinginkan anak remaja untuk menjadi seperti itu. Diri ideal ini sangat mempengaruhi arah yang ditujunya kelak. Hal ini menentulan perkembangan, karakter dan kepribadiannya. Diri ideal ini merupakan gambaran sosok seseorang yang sangat dikagumi remaja sehingga ia ingin menjadi seperti itu kelak.
Citra diri berhubungan dengan bagaimana remaja melihat dirinya sendiri dan berpikir tentang dirinya pada saat ini. Perubahan dan peningkatan kosep diri dapat terjadi jika kita membantu remaja membangun citra dirinya. Harga diri mempengaruhi seberapa semangatnya seorang remaja, seberapa antusias seorang remaja dan berapa besar motivasi yang dimilikinya. Remaja dengan harga diri yang tinggi akan memiliki kekuatan yang besar untuk berhasil melakukan apa saja dalam hidupnya.
Selama ini orang selalu menilai seorang remaja berbakat dan pintar hanya dari nilai yang diperoleh di sekolah, sehingga jika seorang remaja mendapatkan nilai yang kurang dengan cepat orang akan mengatakan bahwa si remaja bodoh dan tidak memiliki potensi apa pun. Pandangan dan penilaian semacam ini sangat keliru dan menyesatkan. Akibat pandangan keliru itu si remaja tidak dapat mengembangkan dan menemukan potensi yang ada dalam dirinya.
Pengembangan potensi seorang remaja hendaklah memperhatikan hal-hal tersebut. Meniadakan atau mengesampingkan salah satu aspek di dalamnya merupakan pekerjaan sia-sia dalam usaha menggali potensi seorang remaja. Perlu dukungan dari orangtua dan guru dalam mengembangkan potensi yang ada dalam diri seorang remaja sehingga mereka bisa meraih semua impian masa depan mereka. Bantu mereka agar memiliki konsep diri yang baik dan benar, lihatlah mereka dari sudut pandang multiple intelligence, biarkan mereka berkembang sesuai dengan kecerdasan yang mereka miliki.

Wednesday 1 September 2010

Remaja, Pornografi dan Pendidikan Seks

Situasi maraknya pornografi sebagai media yang menyesatkan hingga berimplikasi terhadap dekadensi moral, kriminalitas dan kekerasan seks yang dilakukan oleh remaja, sesunguhnya bukan sebuah kasus baru yang mengisi lembaran surat kabar ataupun media elektronik. Kasus-kasus kekerasan seksual, Kehamilan Tidak Dikehendaki (KTD) pada remaja dan sejenisnya, nampaknya masih belum banyak diangkat ke permukaan, sehingga “seolah-olah” problem ini dianggap “kasuistik” yang tidak penting untuk dikaji lebih jauh. Padahal timbulnya kasus-kasus seputar KTD remaja, kekerasan seksual, Penyakit Menular Seksual pada remaja bahkan sampai aborsi tidak lepas dari (salah satunya) minimnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja.
Pendidikan Seks sama dengan Pornografi ?
Pendidikan kesehatan reproduksi remaja sebagai salah satu upaya untuk “mengerem” kasus-kasus di atas, sampai saat ini masih saja diperdebatkan (bahkan banyak yang enggak setuju), Sementara pornografi tiap saat ditemui remaja. Beberapa kajian menunjukkan bahwa remaja haus akan informasi mengenai persoalan seksualitas dan kesehatan reproduksi. Penelitian Djaelani yang dikutip Saifuddin (1999:6), menyatakan bahwa 94 % remaja menyatakan butuh nasihat mengenai seks dan kesehatan reproduksi. Namun repotnya sebagian besar dari remaja justru tidak dapat mengakses sumber informasi yang tepat. Jika mereka kesulitan untuk mendapatkan informasi melalui jalur formal, terutama dari lingkungan sekolah dan petugas kesehatan, maka kecenderungan yang muncul adalah coba-coba sendiri mencari sumber informal. Sebagaimana dipaparkan Elizabeth B. Hurlock (1994:226), informasi mereka coba penuhi dengan cara membahas bersama teman-teman, buku-buku tentang seks atau mengadakan percobaan dengan jalan mastrubasi, bercumbu atau berhubungan seksual. Kebanyakan masih ada anggapan bahwa seksualitas dan kesehatan reproduksi dinilai masih tabu untuk dibicarakan dengan remaja. Ada kekhawatiran (asumsi) untuk membicarakan persoalan seksualitas kepada remaja, sama halnya memancing remaja untuk melakukan tindakan coba-coba. Sebenarnya masalah seksualitas remaja adalah problem yang tidak henti-hentinya untuk diperdebatkan, ada dua pendapat tentang perlu tidaknya remaja mendapatkan informasi seksualitas. Argumen pertama memandang bila remaja mendapat informasi tentang seks, khususnya masalah pelayanan kesehatan reproduksi justru akan mendorong remaja melakukan aktivitas seksual dan promiskuitas lebih dini. Sedangkan pendapat kedua mengatakan bahwa remaja membutuhkan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya dan implikasi pada perilaku seksual dalam rangka menumbuhkan rasa tanggung jawab dan kesadaran terhadap kesehatannya.
Remaja sendiri merupakan kelompok umur yang sedang mengalami perkembangan. Banyak diantara remaja berada dalam kebingungan memikirkan keadaan dirinya. Sayangnya, untuk mengetahui persoalan seksualitas masih terdapat tembok penghalang. Padahal mestinya jauh lebih baik memberikan informasi yang tepat pada mereka, daripada membiarkan mereka mencari tahu dengan caranya sendiri. Pendidikan seksualitas masih dianggap sebagai bentuk pornografi, padahal dalam gambaran penelitian yang pernah dilakukan oleh Pusat Studi Seksualitas PKBI-DIY di wilayah Yogyakarta pada pertengahan tahun 2000 terhadap persepsi remaja dan guru (mewakili orang tua), anggapan tersebut tidak sepenuhnya terbukti.
Tabel Pendidikan Seks sama dengan Pornografi
Responden Jawaban YA Jawaban TIDAK
Guru 14,29 % 85,71 %
Siswa 0,00 % 100 %
Selama ini pendidikan seks dipersepsikan sebagai sebuah hal yang sifatnya pornografi yang tidak boleh dibicarakan apalagi oleh remaja. Dari hasil kuesioner menggambarkan hanya sekitar 14,29 % (responden guru) yang menyatakan bahwa pendidikan seks sama dengan pornografi. Dari remaja sendiri anggapan tentang pendidikan seks sama dengan pornografi tidak terbukti (0 %).
Remaja dan Pendidikan seksualitas ?
Masih teramat sedikit pihak yang mengerti dan memahami betapa pentingnya pendidikan seksualitas bagi remaja. Faktor kuat yang membuat pendidikan seksualitas sulit diimplementasikan secara formal adalah persoalan budaya dan agama. Selain itu faktor lain yang ikut mempengaruhi adalah kentalnya budaya patriarki yang mengakar di masyarakat. Seksualitas masih dianggap sebagai isu perempuan belaka. Pornografi merupakan hal yang ramai dibicarakan karena berdampak negatif, dan salah satu upaya membentengi remaja dari pengetahuan seks yang menyesatkan adalah dengan memberikan pendidikan seksualitas yang benar. WHO menyebutkan bahwa ada dua keuntungan yang dapat diperoleh dari pendidikan seksualitas; Pertama adalah mengurangi jumlah remaja yang melakukan hubungan seks sebelum menikah. Kedua adalah bagi remaja yang sudah melakukan hubungan seksual, mereka akan melindungi dirinya dari penularan Penyakit Menular Seksual dan HIV/AIDS. Mengingat rasa ingin tahu remaja yang begitu besar, pendidikan seksualitas yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan remaja, serta tidak menyimpang dari prinsip pendidikan seksualitas itu sendiri. Maka pendidikan seksualitas harus mempertimbangkan, pertama pendidikan seksualitas harus didasarkan penghormatan hak reproduksi dan hak seksual remaja untuk mempunyai pilihan, kedua berdasarkan pada kesetaraan jender, ketiga partisipasi remaja secara penuh dalam proses perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pendidikan seksualitas, keempat bukan cuman dilakukan secara formal tetapi juga non formal.

Membangun Saling Percaya dalam Hubungan Percintaan

Saling jatuh cinta saja seringkali belum cukup membuat orang langsung menikah, meskipun ada juga yang nekat melakukannya. Pada umumnya setelah saling jatuh cinta, para pasangan masih memerlukan proses membina hubungan hingga mereka benar-benar mantap sebagai pasangan. Dan pada umumnya dengan pernikahan seseorang ingin hidup bahagia sepanjang masa bersama pasangan. Sungguh terasa sangat manis ketika menjumpai berbagai pasangan muda yang memasuki gerbang perkawinan dengan masa pacaran yang cukup, dan memasuki perkawinan dengan mantap. Ketika memasuki perkawinan keduanya telah meyakini kualitas pribadi pasangan dan optimis akan hidup bahagia bersama. Sebagian dari pasangan bahagia ini adalah orang-orang muda yang memiliki kepribadian relatif stabil, dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang harmonis. Ada yang melewati masa-masa pacaran tanpa banyak gejolak, sebagian yang lain telah melalui masa-masa pengembangan hubungan yang bergejolak. Cemburu atau rasa kurang percaya merupakan hal yang cukup lumrah terjadi ketika dua insan mulai membangun komitmen hubungan jangka panjang

Tahapan pengembangan hubungan percintaan (Deaux et al., 1993):

Tahap perkenalan
Pada tahap ini terbentuk kesan pertama, dan selanjutnya terjadi interaksi.
Tahap pembentukan hubungan yang nyata
Pada tahap ini terjadi peningkatan saling ketergantungan. Terjadi peningkatan interaksi dan kehendak untuk saling membuka diri; mulai meluangkan waktu dan energi untuk hubungan tersebut; mengoordinasikan aktivitas satu sama lain; dan mengantisipasi interaksi yang menyenangkan di masa yang akan datang.
Tahap mempererat hubungan
Kemajuan dalam tahap ini tidak selalu mulus. Dapat terjadi ketegangan di antara keduanya. Contohnya, pasangan yang bercinta sering mengidealkan pasangannya, tetapi akhirnya menemukan karakteristik tidak ideal pada pasangannya.
Pada tahap ini kemungkinan terjadi kecemburuan, sebagai akibat pertumbuhan komitmen. Terdapat ungkapan, “Cemburu selalu lahir bersamaan dengan lahirnya cinta”.
Pada laki-laki, kecemburuan seringkali berhubungan dengan harga diri (self-esteem) atau status. Sementara pada perempuan, kecemburuan terutama berhubungan dengan ketergantungan yang kuat terhadap hubungan itu sendiri.
Tahap perkembangan komitmen yang nyata
Pada tahap ini terjadi perubahan perasaan-perasaan dan perilaku. Salah satu perubahan yang ada adalah terjadinya peningkatan kepercayaan (trust).
Pada beberapa kasus, perkembangan komitmen nyata yang dicapai pada tahap keempat ini merupakan hasil perkembangan dari cinta. Meski demikian, pada kasus di mana masyarakat mengatur perkawinan sebagai suatu keharusan, komitmen merupakan hasil dari kesepakatan formal, dan selanjutnya keterlibatan emosional serta cinta berkembang mengikuti lahirnya komitmen tersebut.

Flow / In the zone

Flow (kadang disebut dengan istilah in the zone) merupakan pengalaman yang memungkinkan orang dapat menikmati hidup, merasa bahagia, dan dapat berfungsi lebih baik dalam berbagai situasi. Nah, situasi apa saja yang diketahui memungkinkan terjadinya flow dapat diketahui dari berbagai penelitian yang telah dikumpulkan oleh Compton (2005). Cukup menarik bahwa situasi atau konteks terjadinya flow sangat bervariasi. Ini berarti bahwa ruang terjadinya flow sangat luas, sehingga memberi harapan bahwa kemungkinan lebih banyak orang dapat mengalami dan meningkatkan pengalamannya.


Dari penelitian Csikszentmihalyi diketahui bahwa hampir semua aktivitas yang memungkinkan partisipasi aktif dalam olahraga dapat menciptakan konteks bagi terjadinya flow. Selain itu ia juga menemukan seringnya terjadi flow pada orang-orang yang terlibat secara aktif dalam berbagai bidang kegiatan kreatif-artistik, orang-orang yang mengemudi mobil, menonton film bioskop, mendengarkan musik, dan orang-orang yang menikmati pekerjaannya. Bahwa menikmati pekerjaan merupakan situasi yang menghasilkan flow, Csikszentmihalyi berspekulasi bahwa pengalaman flow mungkin merupakan kunci tercapainya kepuasan kerja.

Karakteristik Flow
Bagaimana gambaran yang lebih jelas mengenai terjadinya flow, dapat diketahui dari delapan karakteristik atau kriteria yang dikemukakan oleh Csikszentmihalyi berikut ini. Delapan kriteria ini tidak semuanya selalu muncul dalam setiap pengalaman flow, tetapi dalam pengalaman flow yang intens hampir semuanya dapat ditemukan.
1. Bersatunya aksi dan kesadaran
Orang yang mengalami flow terlibat dalam suatu aktivitas secara penuh, sehingga orang tersebut merasa “di dalam” aktivitas itu. Ia sudah tidak berpikir mengenai hal yang ia lakukan sebelumnya (merencanakan dan sebagainya), dan tidak merasakan adanya pengamat yang memperhatikan dan mengevaluasi aktivitasnya.
2. Konsentrasi penuh terhadap tugas yang sedang dikerjakan
Bersatunya aksi/tindakan dan kesadaran memungkinkan terjadinya konsentrasi secara utuh dan suatu pemusatan perhatian terhadap aktivitas yang berlangsung. Konsentrasi tersebut seolah-olah tanpa perlu usaha, tidak ada ketegangan mental atau usaha keras untuk mengendalikan atau menekan pikiran.
3. Rendahnya kekhawatiran akan kehilangan kendali, tetapi secara paradoks hasilnya justru suatu perasaan pengendalian diri
Hilangnya kekhawatiran tampaknya memungkinkan seseorang untuk mengelola konsentrasi dan berfokus pada tugas. Pemusatan perhatian ini memungkinkan orang untuk merasakan seolah mereka sepenuhnya dikendalikan oleh tindakannya.
4. Hilangnya kesadaran akan diri
Selama terjadinya flow, bagian dari kesadaran yang mengevaluasi dan merencanakan sebelum bertindak, yakni ego, dalam keadaan diam (tenang). Selain tidak lagi berpikir mengenai apa yang dipikirkan sebelum bertindak, individu juga tidak mengalami konflik internal yang menyangkut adanya macam-macam pilihan.
Saat terjadinya flow, diri (self) berfungsi sepenuhnya, tetapi tidak menyadari hal yang dilakukannya. Hasil penelitian Csikszentmihalyi menunjukkan bahwa dalam situasi yang sangat menantang, individu yang mengalami flow mengaku mengalami transendensi diri.
5. Waktu terasa sangat cepat
Terjadinya flow membuat waktu terasa berjalan lebih cepat daripada biasanya, atau terasa cepat terjadi slow-down. Ini dapat terjadi secara dramatis, dan terdapat alasan berbeda-beda yang menggambarkan flow sebagai kondisi kesadaran yang berubah.
6. Pengalaman autotelic nature
Istilah ini berarti bahwa suatu pengalaman dilakukan demi pengalaman itu sendiri, bukan untuk tujuan lain. Csikszentmihalyi menyatakan bahwa hal ini mungkin berkaitan dengan gaya kepribadian autotelic.
Orang yang memiliki gaya pribadi ini secara konsisten melakukan berbagai hal demi hal itu sendiri dengan penuh keterlibatan dan antusiasme, bukan untuk merespon adanya ancaman (punishment) atau hadiah (reward).
Individu-individu seperti ini memiliki ciri sifat otonom dan bebas (mandiri). Ciri utama individu autotelic adalah energi psikis yang tampak tak kenal lelah (inexhaustible), tidak egois, dan pada umumnya kurang peduli dengan diri sendiri, cenderung bebas dari ambisi-ambisi dan tujuan pribadi.
7. Mengiringi aktivitas menantang yang memerlukan keterampilan
Kriteria flow ini berhubungan dengan suatu keadaan yang diyakini oleh Csikszentmihalyi membentuk perasaan flow. Csikszentmihalyi yakin bahwa bila sebuah aktivitas menantang secara pribadi dan mendorong tampilnya tingkat keterampilan tertentu, prasyarat konsentrasi dihasilkan, flow dapat dialami.
Bila kebutuhan tinggi tetapi keterampilan rendah, individu merasa cemas. Bila kebutuhan rendah dan keterampilan tinggi, individu merasa bosan. Flow hanya terjadi bila kebutuhan yang muncul dari situasi yang ada menantang tampilnya keterampilan individu.
8. Aktivitas memiliki tujuan yang jelas dan langsung ada umpan balik
Kriteria ini seperti yang dapat dilihat dalam pertandingan catur: aktivitas memiliki tujuan yang jelas dan langsung ada umpan balik sedemikian rupa, sehingga individu tidak memiliki keingintahuan tentang bagaimana penampilannya, selama terjadi flow

Citra Diri Modal Utama Membina Persahabatan

Persahabatan merupakan sesuatu yang vital dalam kehidupan seseorang, bahkan di zaman kita sekarang ini di mana interaksi manusia lebih banyak berlatar belakang mencari keuntungan materi belaka. Kesetiaan dan saling mendukung dalam kesenangan dan kesusahan dalam persahabatan merupakan landasan hubungan antara manusia yang membuahkan kebahagiaan dan ketenangan hidup. Semua kebaikan dalam persahabatan sudah diketahui mayoritas manusia.. Tak heran, jika setiap manusia kemudian berusaha mencari teman sejati
A. Suka kepada Diri Sendiri
Banyak ahli yang memberi saran kepada kita bagaimana agar kita bisa lebih punya modal dalam membina persahabatan. Kita bisa belajar untuk lebih penuh perhatian ketika orang lain berbicara kepara orang lain. Kita bisa berbuat sebaik-baiknya untuk berguna bagi orang lain. Kita bisa berlatih bermacam ketrampilan sosial; bagaimana berbicara menarik dengan orang lain, bagaimana memimpin organisasi kemasyarakatan, bagaimana tampil memukai di podium, dan lainnya untuk lebih bisa memperoleh sahabat. Bisa juga kita sering memberikan sedekah kepada orang lain untuk mempunyai banyak sahabat. Tetapi, inti dari kemampuan Anda dalam persahabatan terletak pada pemikiran Anda tentang diri Anda sendiri. Kalau Anda menyukai diri sendiri, orang lain juga akan menyukai Anda. Bukan berarti kita menyukai diri kita secara kekanak-kanakan. Bukan berarti membuat cinta seorang manusia terpusat pada dirinya sendiri dengan mengesampingkan orang lain sama sekali. Jika Anda memandang rendah diri sendiri, mungkin sekali Anda juga akan bersikap begitu kepara orang lain, atau malah lebih buruk. “Tanpa keyakinan tidak akan ada persahabatan,” kata Epicurus, seorang ahli jiwa manusia asal Yunani purba. Memang benar, dan keyakinan mempunyai awal pada sikap seseorang kepada dirinya sendiri.
B. Jika Benci Diri Sendiri
Jika Anda berada di suatu tempat bersama orang lain, perasaan Anda tentang diri sendiri akan mempengaruhi pemikiran Anda tentang mereka dan sikap Anda dalam hubungan dengan mereka. Ini merupakan sesuatu yang tidak bisa Anda elakkan. Kalau Anda merasa bahwa pada dasarnya diri Anda nggak berharga, Anda bisa punya pikiran-pikiran negatif kayak salah satu atau lebih di bawah ini:
C. Saya Orang Rendahan, Lebih Baik Mundur
Pola pikir seperti ini membuat Anda mengundurkan diri, masuk berlindung ke cangkang defensif. Bertahan dari apa? Mempertahankan diri Anda dari diri sendiri! Selanjutnya, Anda akan menghambat tindakan spontan dari diri Anda sendiri; bergerak serasa tak bebas, ke kanan salah ke kiri keliru, maju kena mundur kena. Selanjutnya, Anda pun akan benci spontanitas yang ada pada orang lain. Jika orang lain bisa bersikap enak dan bebas tanpa beban, Anda pun membencinya.
D. Kalian Jelek, Mereka Jelek!
Kemungkinan yang kedua adalah Anda akan berkubang dalam pemikiran yang terlalu mencela tentang orang lain. Anda berusaha mengangkat ego Anda sendiri yang lemah tetapi merusak setiap peluang untuk menjalin persahabatan.
E. Saya Nggak Kayak Gitu, Lho!
Atau, Anda akan menjadi terlalu banyak bicara, berusaha mati-matian membuktikan bahwa Anda bukan orang yang tidak berharga. Padahal tuduhan bahwa Anda tidak berharga adalah tuduhan yang Anda tujukan kepada diri Anda sendiri. Orang lain nggak menuduh kayak gitu!
F. Mereka Harus Kalah!
Kemungkinan lain adalah Anda akan selalu berusaha untuk bersaing, selalu berusaha memukul jatuh orang lain dan mengangkat diri Anda di atasnya dalam hal status. Nah, mungkin Anda pernah mengenal orang yang bersikap kayak gini. Percayalah, sikap seperti ini hanya akan merusak persahabatan. Anda juga risih kan menghadapi orang yang bersikap kayak di atas. Lebih bermasalah lagi jika malah Anda sendiri yang menerapkan satu atau lebih mekanisme defensif di atas. Jika Anda berbuat begitu, sudah tiba waktunya bagi Anda untuk memperkuat citra diri Anda ketika Anda bersama orang lain sehingga Anda bisa membawakan diri secara lebih wajar tanpa mengambil sesuatu dari orang lain.
G. Perbaiki Citra Diri
Tentu tidak enak menjadi pribadi yang bersikap satu atau lebih dari empat sikap di atas. Orang lain akan merasa jengah menghadapi orang yang punya sikap seperti ini. Tentu, Anda pengin menjadi orang yang bergairah dan tanpa beban dalam menjalin hubungan persahabatan. Karena itu, Anda harus memperbaiki pandangan Anda terhadap diri Anda sendiri.
Berikut ini point-point latihan yang bisa Anda lakukan untuk memperbaiki citra diri Anda:
A. Yakin: Diri Anda Punya Kemampuan Sosial
Katakan pada diri Anda bahwa Anda diciptakan dalam bentuk yang sebaik-baiknya sesuai kebijaksanaan Allah. Dia membentuk diri Anda untuk mencintai sesama dan hidup damai bersama orang lain. Diri Anda diciptakan untuk menjadi hangat, berakhlak mulia, dan manusiawi. Kualitas diri ini terdapat dalam diri Anda di suatu tempat, walaupun mungkin saat ini belum tampak di permukaan.
B. Ingatlah Persahabatan Masa Kecil
Ingatlah kesederhanaan dalam persahabatan Anda di masa kanak-kanak. Bayangkan hal ini dengan jelas sampai detil sebaik-baiknya. Bayangkan segala hal yang pernah Anda lakukan dengan teman Anda di masa kanak-kanak, bayangkan benda-benda, tempat, dan perasaan yang Anda bagi dengan mereka. Tangkaplah kembali saat-saat yang paling Anda sukai dari persahabatan dulu, bayangkan semua peristiwa. Tangkaplah kembali perasaan bahwa Anda bisa spontan dan hidup, bahwa Anda bisa menyingkirkan beban hidup Anda yang berlebihan.
C. Ingatlah Kebaikan Orang Lain terhadap Anda
Pusatkan perhatian pada citra yang Anda rasakan kepada orang lain dalam hidup Anda. Ingatlah dari awal dan kembalikan ke dalam kenangan Anda rasa terima kasih untuk setiap hal yang manis yang dilakukan ibu bagi diri Anda, sikap menyenangkan yang dilakukan ayah Anda terhadap diri Anda. Jika kehidupan Anda terasa sulit, berkonsentrasilah pada peristiwa-peristiwa langka ketika Anda merasa berterima kasih kepada orang lain. Jagalah agar perasaan cinta Anda tetap hidup seperti Anda menjaga api supaya Anda etap hangat, sebab itulah yang memperindah citra diri Anda. Tanpa rasa cinta yang aktif di dalam hati kita, kehidupan tidak lengkap.
D. Campakkan Luka Hati Anda
Buanglah dari pikiran Anda semua luka emosional. Kita semua memang memiliki luka hati, tetapi kalau Anda tetap menyimpannya, Anda akan merongrong peluang Anda untuk tumbuh berkembang dalam dunia. Jika Anda menggunakakan waktu Anda untuk menyimpan dendam, Anda tidak bisa berpikir secara baik tentang diri Anda tanpa bersikap realistis.
E. Terimalah Kekurangan Anda
Terimalah ketidaksempurnaan Anda. Jika Anda mengharapkan terlalu banyak dari diri Anda, citra diri Anda terhadap orang lain akan lemah. Anda akan selalu menoleh-noleh ke baelakang untuk melihat apakah orang lain memperhatikan kesalahan Anda. Tambahan pula, Anda akan mengharapkan orang lain untuk memenuhi standar Anda yang mustahil dan mereka akan merasa bahwa Anda tidak menerima mereka. Begitu Anda menerima diri sendiri seperti apa adanya, Anda akan merasa mudah untuk memberikan persahabatan yang tenang kepada orang lain dan salah satu pengalaman hidup yang paling ajaib akan Anda hayati.
Rasa bangga Anda terhadap diri sendiri dan sikap bersahabat kepada orang lain merupakan sesuatu yang harus dikeluarkan dari diri Anda. Tidak peduli sesulit apa pun hal itu, hanya Andalah yang dapat melakukannya. Lakukanlah berulang-ulang kiat di atas, dan bantulah diri Anda sendiri tumbuh berkembang di dalam dunia manusia. Citra diri merupakan faktor utama dalam membina persahabatan. Jika Anda bisa menerima diri Anda sendiri, maka orang lain pun akan mudah menerima diri Anda. Jika Anda mencintai diri Anda sendiri lebih dulu, orang lain akan mudah mencintai diri Anda. Bukan berarti Anda tidak boleh berkembang dan hanya menerima keadaan diri Anda saat ini. Kita harus lebih baik, tapi saat kapan pun juga, kita juga harus menerima, bangga, dan mencintai apa yang telah Allah jadikan pada diri kita!