Blogger September 2011 - suryahandayana
YAKIN & BERMANFAAT

Thursday 22 September 2011

The Power of Positive Thinking

PIKIRAN Adalah gagasan dan proses mental, merupakan sumber pengetahuan dan kekuatan yang tersembunyi di dalam otak seseorang Berpikir memungkinkan seseorang untuk mempresentasikan dunia sebagai model dan memberikan perlakukuan terhadapnya secara efektif sesuai dengan tujuan, rencana dan keinginan. Membentuk konsep Pemecahan masalah Melakukan penalaran Mengambil keputusan Energi Pikiran Membangun energi pikiran tidaklah sulit, hanya saja diperlukan KEMAUAN yang tulus dan YAKIN akan kemampuan diri sendiri Inti dari energi pikiran yang baik adalah pikiran yang positif dan konsemtrasi yang tinggi Dalam pikiran positif terkandung pemicu sel-sel di dalam tubuh untuk tetap berpikir dan bertindak dinamis dan aktif Dalam konsentrasi yang tinggi merupakan kunci keseriusan seseorang dalam memikirkan sesuatu yang difokuskan dan dicerna dengan pikiran yang jernih untuk menghasilkan suatu tindakan yang baik dan tepat Kekuatan Pikiran Manusia memiliki 2 unsur didalam diri yang berperan dalam kehidupannya yaitu unsur fisik ( tubuh dan semua panca indera) dan unsur non fisik ( pikiran ) Cara Pikiran Bekerja Orang mungkin tidak menyadari bahwa segala sesuatu yang terjadi atas dirinya adalah HASIL dari apa yang ada di pikiran orang tersebut , tubuh hanyalah menjalankan perintah dari pikiran yang kemudian akan direspon oleh alam semesta dengan feedback yang sama. Jika orang tersebut melakukan sesuatu yang positif, alam semesta akan memberikan feedback yang positif pula dan sebaliknya.......Karena semua bersumber dari PIKIRAN PIKIRAN manusia sangatlah RAPUH dan MUDAH GOYAH Di ibaratkan bagai nyala lilin, hembusan angin yang datang dari segala arah, membuat kita harus menjaga dan memperkuatnya Cara memperkuat : Memasukkan hanya hal-hal yang positif Makan yang bergizi agar bisa tumbuh dengan baik dan bermanfaat Gunakan kalimat-kalimat positif Contoh : “ Saya adalah orang yang berhasil “ Jangan gunakan kalimat “ Saya bukan orang yang gagal “ The Power Of Positive Thinking 2 juta informasi masuk ke otak kita perdetiknya Akal kita mampu berfikir 60.000 fikiran setiap harinya, baik yang positif maupun negatif Setiap doa yang kita ucapkan bersumber dari fikiran, bearti fikiran merupakan DOA Hidup kita yang sekarang kita jalani, ternyata hasil proyeksi dari akal fikiran kita sendiri Pikiran sebagai juru kunci

Wednesday 21 September 2011

Tupai dan Pemburu

Pendahuluan dan Persiapan Permainan dapat dilakukan di ruangan yang cukup besar atau pun di halaman, dengan jumlah peserta tidak terbatas, lebih baik dengan jumlah kelipatan 3 plus 1. Misalnya 13, 16, 22, atau 31…dst. Instruksi dan petunjuk permainan  Awalnya kita minta peserta membentuk lingkaran,  kemudian secara cepat kita minta mereka membentuk kelompok-kelompok yang terdiri dari 3 orang, sehingga pasti akan tersisa satu orang yang tidak mempunyai kelompok.  Dari 3 orang tersebut kita minta satu orang menjadi tupai yang akan jongkok/merunduk, berada di antara 2 rekan lainnya yang membentuk pohon dengan cara berpegangan tangan saling berhadapan, seperti pada permainan “ular naga panjangnya”.  Fasilitator akan mulai dengan memberikan cerita, di mana dalam ceritanya akan diselipkan kata PEMBURU, ANGIN, dan BADAI. o Jika disebut kata PEMBURU, maka semua tupai harus pindah ke pohon yang lain, jadi berpindah ke kelompok lainnya, secepatnya.Pohon tetap diam di tempat. o Jika disebut kata ANGIN, maka yang berpindah adalah pohon, tanpa boleh melepas pegangan tangannya, mencari tupai yang lain. o Namun jika yang disebut adalah BADAI, maka semua harus berpindah dan berganti peran, boleh jadi tupai atau pohon dan sebaliknya.  Cerita akan dilanjutkan oleh satu orang yang tidak mendapat tempat/pasangan, dan diteruskan hingga beberapa kali  Pada saat berpindah, orang yang bercerita harus ikut segera mencari kelompok dan peran sebagai tupai/pohon yang kosong. Variasi  Untuk lebih meriah, minta mereka untuk mencari kelompok / posisi yang ada di seberangnya pada saat melakukan perpindahan.

Saturday 10 September 2011

Meningkatkan percaya diri

Ditanamkan beberapa faktor: A. Paham. Tanpa pemahaman yang utuh, orang tidak akan dapat bekerja dengan ikhlas, lemah produktiftas, dan tidak akan tahan lama. B. Memiliki skill. Orang yang tidak memilki skill biasanya akan bekerja dengan cemas dan minder. C, Kemauan. Dengan kemauan, kita dapat beramal secara konsisten dalam rentang waktu yang lebih lama. Ada beberapa kiat praktis untuk meningkatkan rasa percaya diri. Utamanya meliputi aspek kemauan, pemahaman serta keterampilan. Untuk memenuhi aspek kemauan, Anda perlu melakukan berbagai usaha. Antara lain: 1. Bekerjalah dengan Ikhlas. Yakinkan bahwa seluruh amalan baik akan mendapatkan pahala walau tidak enak untuk dikerjakan. 2. Kerjakan setiap aktifitas dengan penuh tanggung jawab, memiliki landasan nilai (vaIue) dan prinsip-prinsip yang kuat. 3. Milikilah kebiasaan menerima. Ini akan meningkatkan rasa memiliki. 4. Tingkatkan rasa tanggung jawab pribadi. Dengan itu, rasa tanggung jawab untuk menyelesaikan problem umat akan tumbuh. 5. Miliki kebiasaan mempertahankan hak. Dengan cara mendorong sikap percaya diri untuk membela hak-hak kita yang hilang. 6. Milikilah kebiasaan hidup dengan tujuan. Tanpa tujuan yang kuat tak akan ada target dan kurang termotivasi untuk melakukan aktifitas yang baik sekalipun 7. Memiliki integritas diri. Kekuatan utama bagi penyeru kebaikan terletak pada kekuatan 8. . integritas, yaitu kesatuan antara ucapan, statement tertulis dan tindakan kita. Sedangkan untuk aspek pemahaman dan keterampilan, barangkali beberapa langkah berikut bisa Anda usahakan: 1. Milikilah catatan/referensi materi dan agenda yang rapi. 2. Siapkan materi yang akan disampaikan. Naik panggung tanpa persiapan, maka turun panggung penuh dengan kehinaan. 3. Bacalah buku-buku referensi, ini sangat membantu meningkatkan pemahaman 4. Milikilah hafalan yang baik. Orang berbicara mengandalkan apa yang diingat 5. Ambillah selalu kesempatan untuk tampil dimuka umum kapan saja. Sebagai latihan melancarkan kemampuan bicara dan kontrol diri. 6. Ikutilah beberapa pelatihan, semisal pelatihan Training for Trainer, atau sejenis pelatihan untuk pelatih dan fasilitator yang membekali skill mengajar.

Sunday 4 September 2011

Dampak Mencontek

Mencontek di kalangan pelajar kita sudah bukan sesuatu yang asing, dimana merupakan aktivitas curang yang sering terjadi ketika dalam kelas sedang berlangsung ujian, ulangan, dan semacamnya. Berikut karakteristik mahasiswa yang sedang mencontek, dimana asumsi mencontek ini bisa dari mencontek lembaran, kertas atau bahkan buku yang berisi jawaban yang sudah disediakan. Bisa juga mencontek dari kawannya yang lain. 1. Duduknya gelisah Pada dasarnya, setiap kegiatan yang tidak baik akan berdampak pada hati, yaitu muncul rasa gelisah dan takut kalau2 tingkah lakunya ketahuan. 2. Tengok sana tengok sini Orang yang tidak optimis, dengan alasan apapun, akan selalu dan berusaha mengandalkan orang lain. Tidak percaya dengan kemampuan dia sendiri. Tentu saja harus tetap tawakal sama Allah SWT. 3. Kepala menunduk terus menerus (bisa juga ketiduran!) Kepala menunduk terus menerus, bisa jadi di bawah si siswa tersebut ada contekan. Sehingga dia dengan tenangnya memindahkan tulisan jawaban dari sumber contekan ke kertas jawaban dia. Namun sekali lagi, bisa juga ketiduran karena ngantuk/stress. 4. Suka melihat ke arah dosen/guru/pengajar secara berkesinambungan Siswa seperti ini sedang mencari-cari peluang dosen/guru/pengajarnya lengah. Jika lengah maka dia bersiap-siap untuk mencontek. 5. Ramai / berbicara secara kontinyu, dimana suasana kelas seharusnya dalam keadaan tenang Kalau siswa sedang gugup, mau menjawab sendiri dia tidak bisa, dia akan mencoba bertanya pada kawannya. Sementara kawannya juga sedang sibuk mengerjakan ujian serta takut ketahuan memberi contekan pada kawannya, kadang si siswa banyak diam. Siswa pencontek dengan gigihnya mencari perhatian si kawan yang mau dia contek jawabannya, sambil terus-menerus memanggil namanya. 6. Terlalu diam (hampir tidak bergerak) Diam yang terus-terusan bahkan hampir tidak bergerak, kemungkinan dia dengan asyik atau tenangnya mencontek. Sebenarnya normal-normal saja, tidak usah terlalu kaku atau tegang. Dampak dari kebiasaan mencontek : 1. Tidak mandiri / Suka bergantung pada orang lain Suka mencontek berarti dia selalu bergantung pada orang lain, termasuk buku atau referensi. Seandainya orang ini kelak dewasa dan bekerja, dia akan susah kalau kerjanya mandiri, karena harus ditemani, ada pembimbing. Sedangkan kalau kerjanya kelompok, dia hanya bisa mengandalkan orang lain. 2. Mudah putus asa / mudah menyerah Orang yang suka bergantung pada orang lain akan kebingungan saat tidak ada satu orangpun yang bisa menolongnya dan dimintai pertolongan suatu saat tertentu. Akhirnya, dia akan putus asa, menyerah, dsb. Bagus kalau hal itu menjadi pendidikan buat dia supaya sadar dan mulai mandiri. Alangkah lebih baik kalau hal ini dilakukan sejak awal. 3. Gampang ditipu atau dibohongi orang lain Pertama kali seseorang minta pertolongan pada orang lain, mungkin orang yang dimintai pertolongan akan memberikan pertolongan. Namun semakin sering dia minta pertolongan, lama2 kalau orang yang dimintai pertolongan tidak ikhlas karena Allah SWT, akan menyebabkan orang tsb menjadi sebel. Bagaimana solusinya supaya kebiasaan curang (mencontek) bisa berkurang: 1. Belajar sungguh2 (ikhtiar semampunya dan semaksimal mungkin) Belajar harus dilakukan, tidak boleh tidak. Semakin seing belajar, semakin banyak yang nempel di otak. 2. Tawakal kepada Allah SWT Kekuatan diri sendiri / orang lain, yakin hanya kepada Allah SWT yang maha berkehendak. Setelah kita berikhtiar, serahkan segala sesuatunya pada Allah SWT. Ikhtiar yang baik adalah ikhtiar yang tidak melalaikan kita dari melaksanakan perintah Allah SWT. 3. Syukur kalau mendapat nilai baik dan sabar kalau mendapat nilai yang tidak diharapkan. Dapat nilai berapapun, itu adalah ujian dari Allah SWT.Apakah kita bersyukur ketika mendapat nikmat, misal nilai yang baik. Apakah kita bersabar ketika mendapat musibah, misal nilai yang tidak memuaskan. Dampak menyontek bagi masa depan : 1. Menjadikan generasi penerus pemalas 2. memunculkan sikap tidak sportif dalam kompetisi 3. Menjadi bodoh walaupun nilai bagus /meningkatkan kebodohan 4. penurunan kualitas sumber daya manusia 5. generasi pemalas 6. terbentuk kepribadian yang tidak jujur 7. Berdosa

Citra Diri yang Positif

PENTINGNYA CITRA DIRI POSITIF Citra diri yang positif secara alamiah akan membangun rasa percaya diri, yang merupakan salah satu kunci sukses. Citra dirinya yang positif mendorongnya untuk melakukan sesuatu yang masih dapat ia lakukan. Fokus pada hal-hal yang masih bisa dilakukan . Dampak langsung dari citra diri positif adalah semangat juang yang tinggi. Orang yang memiliki citra diri positif, percaya bahwa dirinya jauh lebih berharga daripada masalah, ataupun penyakit yang sedang dihadapinya. Ia juga bisa melihat bahwa hidupnya jauh lebih indah dari segala krisis dan kegagalan jangka pendek yang harus dilewatinya. MANFAAT CITRA DIRI POSITIF Seseorang yang memiliki citra diri yang positif mendapatkan berbagai manfaat, bagi yang berdampak positif bagi dirinya sendiri maupun untuk orang-orang di sekitarnya. Membawa Perubahan Positif. Orang yang memiliki citra diri positif senantiasa mempunyai inisiatif untuk menggulirkan perubahan positif bagi lingkungan tempat ia berkarya. Mereka tidak akan menunggu agar kehidupan menjadi lebih baik, sebaliknya, mereka akan melakukan perubahan untuk membuat kehidupan menjadi lebih baik Mengubah Krisis Menjadi Keberuntungan. Selain membawa perubahan positif, orang yang memiliki citra positif juga mampu mengubah krisis menjadi kesempatan untuk meraih keberuntungan. Citra diri yang positif mendorong orang untuk menjadi pemenang dalam segala hal. Menurut orang-orang yang bercitra diri positif kekalahan, kegagalan, kesulitan dan hambatan sifatnya hanya sementara. Fokus perhatian jangan pada kondisi yang tidak menguntungkan tersebut, melainkan perlu diarahkan pada jalan keluar. STRATEGI MEMBANGUN CITRA DIRI POSITIF Setelah kita menyadari pentingnya memiliki citra diri positif, dan manfaat memiliki citra diri positif, tentunya kita juga ingin tahu bagaimana membangun citra diri yang positif. Persiapan. Salah satu kunci keberhasilan adalah citra diri positif. Salah satu cara membangun citra diri positif adalah melalui persiapan Dengan persiapan yang cukup, kita menjadi lebih yakin akan kemampuan kita meraih sukses. Keyakinan ini merupakan modal dasar meraih keberuntungan. Dengan melakukan persiapan, kita sudah berhasil memenangkan separuh dari pertarungan. Persiapan menuntun kita untuk mengantisipasi masalah, mencari alternatif solusi, dan menyusun strategi sukses. Berpikir Unggul. Untuk membangun citra diri yang positif, kita harus berpikir unggul. Cara berpikir unggul seperti ini akan mendorong kita untuk senantiasa berusaha menghasilkan karya terbaik. Mereka tidak akan berhenti sebelum mereka dapat mempersembahkan sebuah mahakarya.. Belajar Berkelanjutan. Selain melalui persiapan yang tepat serta berpikir unggul, citra diri positif juga bisa dibangun melalui komitmen pada pembelajaran berkelanjutan. Hasil belajar akan membawa perubahan positif dengan menambah nilai bagi orang yang berhasil mendapatkan pengetahuan ataupun keterampilan baru, yang bisa dijadikannya modal untuk maju meraih sukses. Tanpa semangat untuk senantiasa mengembangkan diri, orang yang sudah memiliki citra positif bisa saja lalu kehilangan citranya tersebut karena tidak dianggap ”unggul” lagi atau tidak dianggap mampu menambah nilai bagi masyarakat sekitar melalui karya-karya yang dihasilkannya.

Konsep Diri Positif dan Konsep Diri Negatif

Konsep diri seseorang dapat bergerak di dalam kesatuan dari positif ke negatif (Burns, 1979). Hal ini berkaitan langsung dengan respon lingkungan sosial individu, terutama orang-orang penting terdekatnya, terhadap diri individu. Respon di sini adalah persepsi orang tua atau orang-orang terdekat dalam memandang diri seseorang. Jika seorang anak memperoleh perlakuan yang positif, maka ia akan mengembangkan konsep diri yang positif pula. Individu juga tidak akan ragu untuk dapat membuka diri dan menerima masukan dari luar sehingga konsep dirinya menjadi lebih dekat pada kenyataan. Suatu konsep diri yang positif sama dengan penghargaan diri dan penerimaan diri yang positif. Coopersmith (dalam Partosuwido, 1992) mengemukakan karakteristik remaja dengan konsep diri positif, yaitu bebas mengemukakan pendapat, cenderung memiliki motivasi tinggi untuk mencapai prestasi, mampu mengaktualisasikan potensinya, dan mampu menyeleraskan diri dengan lingkungannya. Pendapat-pendapat tersebut sejalan dengan ungkapan Brooks dan Emmert (dalam Rahmat, 1996) yang menyatakan bahwa individu yang memiliki konsep diri positif ditandai dengan lima hal, yaitu yakin akan kemampuannya mengatasi masalah, merasa setara dengan orang lain, menerima pujian tanpa rasa malu, menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan, keinginan dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui oleh masyarakat, serta mampu memperbaiki diri dengan mengungkapkan aspek-aspek kepribadian yang tidak disenangi dan berusaha merubahnya. Singkatnya, individu yang memiliki konsep diri positif akan menyukai dirinya sendiri dan cukup mampu menghadapi dunia. Ia mampu mencapai prestasi tinggi dan menjalani kehidupan secara efektif, baik untuk keberadaan dirinya maupun orang-orang lain di sekitarnya. Sedangkan untuk konsep diri yang negatif, Coopersith (dalam Partosuwido, 1992) mengemukakan beberapa karakteristik, yaitu mempunyai perasaan tidak aman, kurang menerima dirinya sendiri, dan biasanya memiliki harga diri yang rendah. Fitts (1971) menyebutkan ciri-ciri individu yang mempunyai konsep diri rendah adalah tidak menyukai dan menghormati diri sendiri, memiliki gambaran yang tidak pasti terhadap dirinya, sulit mendefinisikan diri sendiri dan mudah terpengaruh oleh bujukan dari luar, tidak memiliki pertahanan psikologis yang dapat membantu menjaga tingkat harga dirinya, mempunyai banyak persepsi diri yang saling berkonflik, merasa aneh dan asing terhadap diri sendiri sehingga sulit bergaul, mengalami kecemasan yang tinggi, serta sering mengalami pengalaman negatif dan tidak dapat mengambil manfaat dari pengalaman tersebut. Konsep diri akan turun ke negatif apabila seseorang tidak dapat melaksanakan perkembangannya dengan baik. Bisa dikatakan bahwa konsep diri, baik positif maupun negatif, sangat penting untuk mengarahkan perilaku individu, karena setiap kali orang hendak bertingkah laku, sedapat mungkin sesuai dengan konsep dirinya (Rahmat, 1996). Hal sesuai dengan yang diungkapkan oleh Rogers seperti yang dikutip oleh Sarason (1972) bahwa perilaku individu lebih dipengaruhi oleh dunia subjektifnya daripada stimulus dari lingkungan di luar dirinya.