Blogger October 2010 - suryahandayana
YAKIN & BERMANFAAT

Thursday 7 October 2010

SEKS PRA NIKAH REMAJA,TREND KAH?

PERILAKU seksual ialah perilaku yang melibatkan sentuhan secara fisik anggota badan antara pria dan wanita yang telah mencapai pada tahap hubungan intim, yang biasanya dilakukan oleh pasangan suami istri. Sedangkan perilaku seks pranikah merupakan perilaku seks yang dilakukan tanpa melalui proses pernikahan yang resmi menurut hukum maupun menurut agama dan kepercayaan masing-masing individu. Perilaku seks pranikah ini memang kasat mata, namun ia tidak terjadi dengan sendirinya melainkan didorong atau dimotivasi oleh faktor-faktor internal yang tidak dapat diamati secara langsung (tidak kasat mata).
Dengan demikian individu tersebut tergerak untuk melakukan perilaku seks pranikah. Motivasi merupakan penggerak perilaku. Hubungan antar kedua konstruk ini cukup kompleks, antara lain dapat dilihat sebagai berikut : Motivasi yang sama dapat saja menggerakkan perilaku yang berbeda, demikian pula perilaku yang sama dapat saja diarahkan oleh motivasi yang berbeda. Motivasi tertentu akan mendorong seseorang untuk melakukan perilaku tertentu pula. Pada seorang remaja, perilaku seks pranikah tersebut dapat dimotivasi oleh rasa sayang dan cinta dengan didominasi oleh perasaan kedekatan dan gairah yang tinggi terhadap pasangannya, tanpa disertai komitmen yang jelas (menurut Sternberg hal ini dinamakan romantic love); atau karena pengaruh kelompok (konformitas), dimana remaja tersebut ingin menjadi bagian dari kelompoknya dengan mengikuti norma-norma yang telah dianut oleh kelompoknya, dalam hal ini kelompoknya telah melakukan perilaku seks pranikah.
Faktor lain yang dapat mempengaruhi seorang remaja melakukan seks pranikah karena ia didorong oleh rasa ingin tahu yang besar untuk mencoba segala hal yang belum diketahui. Hal tersebut merupakan ciri-ciri remaja pada umumnya, mereka ingin mengetahui banyak hal yang hanya dapat dipuaskan serta diwujudkannya melalui pengalaman mereka sendiri, "Learning by doing". Disinilah suatu masalah acap kali muncul dalam kehidupan remaja karena mereka ingin mencoba-coba segala hal, termasuk yang berhubungan dengan fungsi ketubuhannya yang juga melibatkan pasangannya. Namun dibalik itu semua, faktor internal yang paling mempengaruhi perilaku seksual remaja sehingga mengarah pada perilaku seksual pranikah pada remaja adalah berkembangnya organ seksual. Dikatakan bahwa gonads (kelenjar seks) yang tetap bekerja (seks primer) bukan saja berpengaruh pada penyempurnaan tubuh (khususnya yang berhubungan dengan ciri-ciri seks sekunder), melainkan juga berpengaruh jauh pada kehidupan psikis, moral, dan sosial.
Pada kehidupan psikis remaja, perkembangan organ seksual mempunyai pengaruh kuat dalam minat remaja terhadap lawan jenis kelamin. Ketertarikkan antar lawan jenis ini kemudian berkembang ke pola kencan yang lebih serius serta memilih pasangan kencan dan romans yang akan ditetapkan sebagai teman hidup. Sedangkan pada kehidupan moral, seiringan dengan bekerjanya gonads, tak jarang timbul konflik dalam diri remaja. Masalah yang timbul yaitu akibat adanya dorongan seks dan pertimbangan moral sering kali bertentangan. Bila dorongan seks terlalu besar sehingga menimbulkan konflik yang kuat, maka dorongan seks tersebut cenderung untuk dimenangkan dengan berbagai dalih sebagai pembenaran diri.
Pengaruh perkembangan organ seksual pada kehidupan sosial ialah remaja dapat memperoleh teman baru, mengadakan jalinan cinta dengan lawan jenisnya. Jalinan cinta ini tidak lagi menampakkan pemujaan secara berlebihan terhadap lawan jenis dan "cinta monyet" pun tidak tampak lagi. Mereka benar-benar terpaut hatinya pada seorang lawan jenis, sehingga terikat oleh tali cinta. Perlu pula dijelaskan bahwa pertumbuhan kelenjar-kelenjar seks (gonads) remaja, sesungguhnya merupakan bagian integral dari pertumbuhan dan perkembangan jasmani secara menyeluruh. Selain itu, energi seksual atau libido/nafsu pun telah mengalami perintisan yang cukup panjang; Sigmund Freud mengatakan bahwa dorongan seksual yang diiringi oleh nafsu atau libido telah ada sejak terbentuknya Id. Namun dorongan seksual ini mengalami kematangan pada usia usia remaja. Karena itulah, dengan adanya pertumbuhan ini maka dibutuhkan penyaluran dalam bentuk perilaku seksual tertentu.

Cukup naïf bila kita tidak menyinggung faktor lingkungan, yang memiliki peran yang tidak kalah penting dengan faktor pendorong perilaku seksual pranikah lainnya. Faktor lingkungan ini bervariasi macamnya, ada teman sepermainan (peer-group), pengaruh media dan televisi, bahkan faktor orang tua sendiri.
Pada masa remaja, kedekatannya dengan peer-groupnya sangat tinggi karena selain ikatan peer-group menggantikan ikatan keluarga, mereka juga merupakan sumber afeksi, simpati, dan pengertian, saling berbagi pengalaman dan sebagai tempat remaja untuk mencapai otonomi dan independensi. Maka tak heran bila remaja mempunyai kecenderungan untuk mengadopsi informasi yang diterima oleh teman-temannya, tanpa memiliki dasar informasi yang signifikan dari sumber yang lebih dapat dipercaya. Informasi dari teman-temannya tersebut, dalam hal ini sehubungan dengan perilaku seks pranikah, tak jarang menimbulkan rasa penasaran yang membentuk serangkaian pertanyaan dalam diri remaja. Untuk menjawab pertanyaan itu sekaligus membuktikan kebenaran informasi yang diterima, mereka cenderung melakukan dan mengalami perilaku seks pranikah itu sendiri.
Pengaruh media dan televisi pun sering kali diimitasi oleh remaja dalam perilakunya sehari-hari. Misalnya saja remaja yang menonton film remaja yang berkebudayaan barat, melalui observational learning, mereka melihat perilaku seks itu menyenangkan dan dapat diterima lingkungan. Hal ini pun diimitasi oleh mereka, terkadang tanpa memikirkan adanya perbedaan kebudayaan, nilai serta norma-norma dalam lingkungan masyakarat yang berbeda. Perilaku yang tidak sesuai dengan tugas perkembangan remaja pada umumnya dapat dipengaruhi orang tua. Bilamana orang tua mampu memberikan pemahaman mengenai perilaku seks kepada anak-anaknya, maka anak-anaknya cenderung mengontrol perilaku seksnya itu sesuai dengan pemahaman yang diberikan orang tuanya.
Hal ini terjadi karena pada dasarnya pendidikan seks yang terbaik adalah yang diberikan oleh orang tua sendiri, dan dapat pula diwujudkan melalui cara hidup orang tua dalam keluarga sebagai suami-istri yang bersatu dalam perkawinan.

Kesulitan yang timbul kemudian adalah apabila pengetahuan orang tua kurang memadai menyebabkan sikap kurang terbuka dan cenderung tidak memberikan pemahaman tentang masalah-masalah seks anak. Akibatnya anak mendapatkan informasi seks yang tidak sehat. Seorang peneliti menyimpulkan hasil penelitiannya sebagai berikut: informasi seks yang tidak sehat atau tidak sesuai dengan perkembangan usia remaja ini mengakibatkan remaja terlibat dalam kasus-kasus berupa konflik-konflik dan gangguan mental, ide-ide yang salah dan ketakutan-ketakutan yang berhubungan dengan seks. Dalam hal ini, terciptanya konflik dan gangguan mental serta ide-ide yang salah dapat memungkinkan seorang remaja untuk melakukan perilaku seks pranikah.[rileks.com]
Perilaku seks pranikah ini memang kasat mata, namun ia tidak terjadi dengan sendirinya melainkan didorong atau dimotivasi oleh faktor-faktor internal yang tidak dapat diamati secara langsung (tidak kasat mata). Dengan demikian individu tersebut tergerak untuk melakukan perilaku seks pranikah. Motivasi merupakan penggerak perilaku. Hubungan antar kedua konstruk ini cukup kompleks, antara lain dapat dilihat sebagai berikut : Motivasi yang sama dapat saja menggerakkan perilaku yang berbeda, demikian pula perilaku yang sama dapat saja diarahkan oleh motivasi yang berbeda. Motivasi tertentu akan mendorong seseorang untuk melakukan perilaku tertentu pula. Pada seorang remaja, perilaku seks pranikah tersebut dapat dimotivasi oleh rasa sayang dan cinta dengan didominasi oleh perasaan kedekatan dan gairah yang tinggi terhadap pasangannya, tanpa disertai komitmen yang jelas (menurut Sternberg hal ini dinamakan romantic love); atau karena pengaruh kelompok (konformitas), dimana remaja tersebut ingin menjadi bagian dari kelompoknya dengan mengikuti norma-norma yang telah dianut oleh kelompoknya, dalam hal ini kelompoknya telah melakukan perilaku seks pranikah.
Faktor lain yang dapat mempengaruhi seorang remaja melakukan seks pranikah karena ia didorong oleh rasa ingin tahu yang besar untuk mencoba segala hal yang belum diketahui. Hal tersebut merupakan ciri-ciri remaja pada umumnya, mereka ingin mengetahui banyak hal yang hanya dapat dipuaskan serta diwujudkannya melalui pengalaman mereka sendiri, "Learning by doing".

Disinilah suatu masalah acap kali muncul dalam kehidupan remaja karena mereka ingin mencoba-coba segala hal, termasuk yang berhubungan dengan fungsi ketubuhannya yang juga melibatkan pasangannya. Namun dibalik itu semua, faktor internal yang paling mempengaruhi perilaku seksual remaja sehingga mengarah pada perilaku seksual pranikah pada remaja adalah berkembangnya organ seksual. Dikatakan bahwa gonads (kelenjar seks) yang tetap bekerja (seks primer) bukan saja berpengaruh pada penyempurnaan tubuh (khususnya yang berhubungan dengan ciri-ciri seks sekunder), melainkan juga berpengaruh jauh pada kehidupan psikis, moral, dan sosial.
Pada kehidupan psikis remaja, perkembangan organ seksual mempunyai pengaruh kuat dalam minat remaja terhadap lawan jenis kelamin. Ketertarikkan antar lawan jenis ini kemudian berkembang ke pola kencan yang lebih serius serta memilih pasangan kencan dan romans yang akan ditetapkan sebagai teman hidup. Sedangkan pada kehidupan moral, seiringan dengan bekerjanya gonads, tak jarang timbul konflik dalam diri remaja. Masalah yang timbul yaitu akibat adanya dorongan seks dan pertimbangan moral sering kali bertentangan. Bila dorongan seks terlalu besar sehingga menimbulkan konflik yang kuat, maka dorongan seks tersebut cenderung untuk dimenangkan dengan berbagai dalih sebagai pembenaran diri. Pengaruh perkembangan organ seksual pada kehidupan sosial ialah remaja dapat memperoleh teman baru, mengadakan jalinan cinta dengan lawan jenisnya. Jalinan cinta ini tidak lagi menampakkan pemujaan secara berlebihan terhadap lawan jenis dan "cinta monyet" pun tidak tampak lagi. Mereka benar-benar terpaut hatinya pada seorang lawan jenis, sehingga terikat oleh tali cinta.
Perlu pula dijelaskan bahwa pertumbuhan kelenjar-kelenjar seks (gonads) remaja, sesungguhnya merupakan bagian integral dari pertumbuhan dan perkembangan jasmani secara menyeluruh. Selain itu, energi seksual atau libido/nafsu pun telah mengalami perintisan yang cukup panjang; Sigmund Freud mengatakan bahwa dorongan seksual yang diiringi oleh nafsu atau libido telah ada sejak terbentuknya Id. Namun dorongan seksual ini mengalami kematangan pada usia usia remaja. Karena itulah, dengan adanya pertumbuhan ini maka dibutuhkan penyaluran dalam bentuk perilaku seksual tertentu. Cukup naïf bila kita tidak menyinggung faktor lingkungan, yang memiliki peran yang tidak kalah penting dengan faktor pendorong perilaku seksual pranikah lainnya. Faktor lingkungan ini bervariasi macamnya, ada teman sepermainan (peer-group), pengaruh media dan televisi, bahkan faktor orang tua sendiri. Pada masa remaja, kedekatannya dengan peer-groupnya sangat tinggi karena selain ikatan peer-group menggantikan ikatan keluarga, mereka juga merupakan sumber afeksi, simpati, dan pengertian, saling berbagi pengalaman dan sebagai tempat remaja untuk mencapai otonomi dan independensi.
Maka tak heran bila remaja mempunyai kecenderungan untuk mengadopsi informasi yang diterima oleh teman-temannya, tanpa memiliki dasar informasi yang signifikan dari sumber yang lebih dapat dipercaya. Informasi dari teman-temannya tersebut, dalam hal ini sehubungan dengan perilaku seks pranikah, tak jarang menimbulkan rasa penasaran yang membentuk serangkaian pertanyaan dalam diri remaja. Untuk menjawab pertanyaan itu sekaligus membuktikan kebenaran informasi yang diterima, mereka cenderung melakukan dan mengalami perilaku seks pranikah itu sendiri. Pengaruh media dan televisi pun sering kali diimitasi oleh remaja dalam perilakunya sehari-hari. Misalnya saja remaja yang menonton film remaja yang berkebudayaan barat, melalui observational learning, mereka melihat perilaku seks itu menyenangkan dan dapat diterima lingkungan. Hal ini pun diimitasi oleh mereka, terkadang tanpa memikirkan adanya perbedaan kebudayaan, nilai serta norma-norma dalam lingkungan masyakarat yang berbeda.
Perilaku yang tidak sesuai dengan tugas perkembangan remaja pada umumnya dapat dipengaruhi orang tua. Bilamana orang tua mampu memberikan pemahaman mengenai perilaku seks kepada anak-anaknya, maka anak-anaknya cenderung mengontrol perilaku seksnya itu sesuai dengan pemahaman yang diberikan orang tuanya. Hal ini terjadi karena pada dasarnya pendidikan seks yang terbaik adalah yang diberikan oleh orang tua sendiri, dan dapat pula diwujudkan melalui cara hidup orang tua dalam keluarga sebagai suami-istri yang bersatu dalam perkawinan. Kesulitan yang timbul kemudian adalah apabila pengetahuan orang tua kurang memadai menyebabkan sikap kurang terbuka dan cenderung tidak memberikan pemahaman tentang masalah-masalah seks anak. Akibatnya anak mendapatkan informasi seks yang tidak sehat. Seorang peneliti menyimpulkan hasil penelitiannya sebagai berikut: informasi seks yang tidak sehat atau tidak sesuai dengan perkembangan usia remaja ini mengakibatkan remaja terlibat dalam kasus-kasus berupa konflik-konflik dan gangguan mental, ide-ide yang salah dan ketakutan-ketakutan yang berhubungan dengan seks. Dalam hal ini, terciptanya konflik dan gangguan mental serta ide-ide yang salah dapat memungkinkan seorang remaja untuk melakukan perilaku seks pranikah

Arti Cinta Bagi Remaja, Jejaka dan Ordesa

Jatuh Cinta sejuta rasanya…..setiap orang pasti pernah jatuh cinta dan kayaknya pengen selalu jatuh cinta….Mengapa…?! Karena cinta itu membawa gairah….Maka cinta itu bukanlah monopoli para remaja (teenage) atau gadis-jejaka saja….tetapi orang dewasa (ordesa) kadang-kadang masih membutuhkan untuk jatuh cinta lagi…..bukan untuk apa-apa….hanya sebagai selingan hidup saja……tanpa berniat mengganggu kehidupan keluarga…..just mempertahankan gairah saja…. Bagi setiap lelaki……Ada bermacam-macam jenis cinta…..ada cinta monyet, cinta nafsu, cinta tulus, cinta suci……Walau demikian cara pandang lelaki remaja, jejaka (wes wektune nikah) dan orang dewasa (ordesa) bisa berbeda-beda….Maka dari itu berhati-hatilah wahai kaum wanita, jangan sampai kamu terjebak dalam pusara cinta…..Berhati-hatilah juga wahai kaum lelaki, jangan sampai mangsamu mengendus cara pandangmu……
1. Cinta Monyet

Remaja : hanya berani memandang dari kejauhan….tanpa berani mendekat…..dia tersenyum saja rasanya sudah luar biasa
Jejaka : Hanya saling gerayang-gerayangan saja saat duduk sebelahan di Bus Semarang-Jakarta….saat aku turun…kamu hanya memandangku di kejauhan dengan tersenyum…..puas….
Ordesa : Hanya ketemu dan kenalan di sebuah hotel…..ngobrol dengan ayik….kemudian bercinta semalaman sampai puas….esoknya check out….tanpa niatan untuk ketemuan lagi…..
1. Cinta Gombal
Remaja : Kamu cantik, menarik, pintar lagi….tapi kita khan temen maen sejak kecil…kalo kita pacaran khan sepertinya gengsi banget gitu….kayak gak ada wanita lain di dunia ini…
Jejaka : Sebenarnya sih aku demen tetapi kayaknya sifat kita banyak yang gak cocok….hingga kalo kita pacaran malah bikin sakit hati….so…kiss and date saja ya….?!
Ordesa : Sebenarnya kamu adalah temen bergulat yang paling asyik di tempat tidur…. sayang kita ketemunya saat kamu sudah bersuami dan aku sudah beranak dua….so….selingkuhan saja ya…..?!
2. Cinta Buta
Remaja : Sudah terlanjur cinta maka aku terima kamu apa adanya…..
Jejaka : Sudah terlanjur cinta, anak ibu kost pun tak apa-apa…..
Ordesa : Making Love sambil lampu dimatikan supaya gak kelihatan tubuhmu yang sudah kendor…..
3. Cinta Nafsu
Remaja : ciumanmu hangat dan lembut….bikin selalu ketagihan……
Jejaka : tubuhmu hangat dan lembur saat tak pakai baju…..bikin selalu ketagihan….
Ordesa : Muka setan rasa ketan….bikin selaluketagihan…….
4. Cinta Harta
Remaja : Yang penting Heppy, apalagi bisa jalan-jalan dan makan-makan gratis segala….
Jejaka : Yang penting Heppy, apalagi bisa SSK (sex-sex kecil) sambil nonton segala…. (nikmatnya nonton bisokop sama sang pacar…..)
Ordesa : Yang penting Heppy, apalagi bisa making love tidak pake bayar segala…..
6. Cinta Gila
Remaja : setiap ketemu dia selalu minta disayang-sayang
Jejaka : setiap ketemu dia selalu minta kissing and kissing every day....
Ordesa : Gila semalem bisa 3 kali show man.…
Cinta Gagal Atau Gagal Cinta
Remaja : Kamu itu cewek matre…..mentang-mentang dia lebih kaya….
Jejaka : Kamu goblok bener….masa milih orang sudah geblek jelek lagi……
Ordesa : Kamu sembrono banget….masa kencan sekali aja ketahuan suami……
Cinta Romantis
Remaja : Saat kau duduk didekatku…..dunia serasa berhenti berputar….
Jejaka : Saat kau duduk disampingku…tanganku berputar gerayangan kemana-mana……
Ordesa : Saat kau duduk dipangkuanku…..sialnya kau malah pakek celana panjang…..(coba kalo pakek rok…..)
9. Cinta Tulus
Remaja : pertama kali bertemu hati berdebar tak menentu….
Jejaka : pertama kali bertemu, syahwatku bergetar melihat tubuh mulusmu….
Ordesa : pertama kali bertemu, kau serahkan segala-galanya bagiku…dan asyiknya kau tidak minta bayaran……..
10. Cinta Suci

Remaja : Cinta adalah memberi….tanpa mengharap tuk memiliki….
Jejaka : Cinta adalah memberi….tanpa berusaha memiliki (karena kamu sudah punya pacar….yang penting heppy dan wes bathi…..)
Ordesa : Cinta adalah memberi……tanpa harus menuntut di belakang hari…. (soalnya kita khan sudah punya anak, suami dan istri….)
11. Cinta Total
Remaja : Apa yang kau minta pasti kuberikan…..asalkan kau jatuh dalam pelukanku….
Jejaka : Apa yang kau minta pasti kuberikan….asalkan kau berikan apa yang kumau…..(terutama keperawananmu…..)
Ordesa : Apa yang kau minta pasti kuberikan….asalkan kau bersedia menggugurkan kandunganmu……(soalnya aku gak mau punya anak dari istri orang….)
12. Cinta Sempurna
Remaja : Jatuh cinta dengan seseorang yang menjadi idaman hati……
Jejaka : Jatuh cinta dengan seseorang yang akhirnya menjadi suami istri…
Ordesa : Jatuh cinta dengan seseorang tanpa ikatan resmi dan asyiknya tidak pernah ketahuan sang istri dan suaminya……aman…..aman…….

Saturday 2 October 2010

NAPZA DAN HIV/AIDS DI KALANGAN REMAJA ?

NAPZA
Sebetulnya penggunaan narkotik, obat-obatan, psikotropika dan zat adiktif lainnya (NAPZA) untuk berbagai tujuan telah ada sejak jaman dahulu kala. Masalah timbul bila narkotik dan obat-obatan digunakan secara berlebihan sehingga cenderung kepada penyalahgunaan dan menimbulkan kecanduan (dalam bahasa Inggris disebut “substance abuse”). Dengan adanya penyakit-penyakit yang dapat ditularkan melalui pola hidup para pecandu, maka masalah penyalahgunaan NAPZA menjadi semakin serius. Lebih memprihatinkan lagi bila yang kecanduan adalah remaja yang merupakan masa depan bangsa, karena penyalahgunaan NAPZA ini sangat berpengaruh terhadap kesehatan, sosial dan ekonomi suatu bangsa. Dalam istilah sederhana NAPZA berarti zat apapun juga apabila dimasukkan keda1am tubuh manusia, dapat mengubah fungsi fisik dan/atau psikologis. NAPZA psikotropika berpengaruh terhadap system pusat syaraf (otak dan tulang belakang) yang dapat mempengaruhi perasaan, persepsi dan kesadaran seseorang.

Secara umum, NAPZA dibedakan dari efek yang dihasilkannya, yaitu :

a. Stimulan (Perangsang). Obat jenis ini meningkatkan aktifitas dalam sistem syaraf pusat dan otonom. Obat perangsang bekerja mengurangi kantuk karena kelelahan, mengurangi waktu makan dan menghasilkan insomnia, mempercepat detak jantung, tekanan darah dan pemapasan, serta mengerutkan urat nadi, membesarkan biji mata. Obat perangsang yang paling banyak dipakai adalah: nikotin (dari nikotin tembakau), kafein (terdapat dalam kopi, teh, coklat, minuman ringan), amfetanium, kokain (dari erythroxylum pohon koka), dan crack (kristalisasi bentuk dasar kokain).
b. Anti Depresan, yaitu sejenis obat yang mempunyai kemampuan untuk memperIambat fungsi sistem syaraf pusat dan otonom. Obat anti depresan memberikan perasaan melambung tinggi, memberikan rasa bahagia semu, pengaruh anastesia (kehilangan indera perasa), pengaruh analgesia (mengurangi rasa sakit), penghilang rasa tegang dan kepanikan, memperlambat detak jantung dan pernafasan serta dapat berfungsi sebagai obat penenang dan obat tidur. Obat anti depresan yang sering dipakai meliputi: obat penenang hipnotis, alkohol, benzodiazepines, obat tidur (dengan nama dagang seperti Valium dan Rohypnol), analgesik narkotika (opium, morfin, heroin, kodein), analgesik non-narkotika (aspirin, parasetamol), serta anastesia umum seperti ether, oksida nitrus.

c. Halusinogen. Sejenis obat yang memiliki kemampuan untuk memproduksi spektrum pengubah rangsangan indera yang jelas dan pengubah perasaan serta pikiran. Akibat yang disebabkan oleh halusinogen dan reaksi subyektif terhadap pengaruh-pengaruh tersebut bisa bebeda jauh antara satu pemakai dengan pemakai yang ragamnya mulai dari perasaan gembira yang luar biasa sampai perasaan ngeri yang luar biasa. Contohnya: LSD, psilocybin, jamur (juga dikenal sebagai jamur sakti), dan DMD atau detura yang berasal dari bunga terompet

d. Klasifikasi NAPZA yang lain. Jenis-jenis obat yang tidak berpengaruh secara langsung terhadap sistem syaraf pusat dan otonom, namun jenis-jenis obat tersebut berpengaruh langsung terhadap bahan-bahan kimia otak yang spesifik (neurotransmitter). Ketika sedang aktif, neurotransmitter itu diyakini mempengaruhi emosi, rasa sakit, daya ingat dan keterampilan motorik

Bahaya NAPZA

Pada dasarnya, semua obat adalah racun, yang apabila dikonsumsi melebihi dosis yang aman dapat membahayakan kesehatan bahkan dapat sampai menimbulkan kematian. Demikian pula dengan obat-obatan atau zat yang bersifat adiktif atau menimbulkan ketagihan. Dalam keadaan ketagihan, pecandu merasa sangat tidak nyaman dan kesakitan. Baginya, tidak ada lagi yang lebih penting daripada mendapatkan zat yang menyebabkan dia ketagihan itu. Untuk mendapatkan itu dia dapat melakukan apapun, seperti mencuri, bahkan membunuh Bila dikonsumsi terus-menerus, zat adiktif ini dapat menyebabkan peningkatan toleransi sehingga pemakai tidak dapat mengontrol penggunaannya dan cenderung untuk terus meningkatkan dosis pemakaian sampai akhirnya tubuhnya tidak dapat menerima lagi. Keadaan ini disebut overdosis, dan apabila tidak ditangani secara cepat dan tepat, dapat menyebabkan nyawa melayang. Overdosis juga dapat disebabkan oleh penggunaan campuran dua jenis atau lebih NAPZA. Mencampur beberapa jenis sangat berbahaya karena kalau NAPZA dicampur, pengaruhnya akan lebih dahsyat bahkan dapat menimbulkan reaksi lain yang tak terduga. Banyak kasus overdosis yang merupakan akibat dari pencampuran berbagai jenis NAPZA. Campuran yang paling berbahaya adalah campuran dua macam depresan misa1nya heroin dan alkohol dan / atau valium rohypnol. Pengaruh sinergi dari dua jenis depresan dapat menutup rapat pusat pernapasan otak, yang mengakibatkan koma atau kematian.

Selain kecanduan, ketergantungan dan overdosis, masih ada bahaya lain yang mengintai para pengguna NAPZA. Efek yang ditimbulkan oleh NAPZA dapat membuat pemakainya kehilangan kontrol atas dirinya, sehingga terkadang melakukan hal-hal yang tidak akan dilakukannya apabila ia sedang dalam kesadaran penuh. Walaupun NAPZA tidak akan membuat seseorang menjadi pemerkosa kalau memang dia tidak punya fantasi untuk itu misalnya, tapi di bawah pengaruh NAPZA (terutama yang bersifat stimulan dan halusinogen) seseorang bisa melakukan hubungan seks yang tidak aman, yang buntut-buntutnya dapat menyebabkan kehamilan yang tidak diinginkan atau penularan penyakit kelamin. Selain itu, bergantian memakai jarum suntik juga dapat menularkan virus seperti HIV dan Hepatitis B.

Tahap-tahap kecanduan NAPZA

Dari penjelasan di atas tadi, kita tahu bahwa seseorang tidak begitu saja mengalami ketergantungan, melainkan bertahap. Diawali dengan tahap eksperimental, dimana seseorang coba-coba memakai NAPZA, seperti juga coba-coba merokok atau minum beralkohol. Motivasi coba-coba ini bisa macam-macam. Setelah itu, mungkin karena merasakan efek yang menyenangkan, ia ingin mengulanginya. Apabila hal ini berlangsung lebih sering, maka ia akan memasuki tahap pembiasaan, dimana penggunaan NAPZA sudah menjadi kebiasaannya. Selanjutnya adalah tahap kompulsif yaitu seseorang sudah mengalami ketergantungan dan pemakaiannya sudah tidak dapat dikendalikan lagi, yang akhirnya dapat mengarah ke overdosis seperti tadi dibicarakan Bagaimana seseorang bisa mulai menjadi pemakai dipengaruhi oleh faktor-faktor individu maupun faktor lingkungan. Kedua faktor ini berhubungan sangat erat satu sama lain. Yang termasuk faktor individu, selain untuk iseng dan coba-coba, antara lain adanya harapan untuk dapat memperoleh "kenikmatan" dari efek obat yang ada, atau untuk dapat menghilangkan rasa sakit atau ketidaknyamanan yang dirasakan, baik sakit yang sifatnya fisik (seperti yang dialami penderita kanker atau penyakit lain) maupun psikis, seperti misalnya sakit hati karena putus cinta, rapor jelek, atau dimarahin ortu Seringkali perilaku kita dipengaruhi oleh pergaulan maupun lingkungan tempat tinggal kita. Bagi generasi muda, hal paling berat yang dirasakan adalah tekanan kelompok sebaya (peer pressure) untuk dapat diterima/diakui dalam kelompoknya. Biasanya di kalangan remaja, kita suka ikut apa yang dilakukan oleh temen-temen kita, hanya karena takut dianggap nggak cool dan nggak gaul. Karena itulah, bergaul rapat dengan para pengedar dan pemakai NAPZA beresiko tinggi. Selain itu, tempat tinggal dan sekolah juga berpengaruh, misalnya rumah kita berada di lingkungan peredaran atau pemakaian NAPZA, atau kita bersekolah di tempat atau di lingkungan yang rawan terhadap penyalahgunaan NAPZA
.
Penggunaan narkoba yang semakin meluas di berbagai kalangan masyarakat dewasa ini tampaknya masih belum teridentifikasi secara komprehensif. Walaupun upaya upaya penanggulangan udah mulai bermunculan disana sini, tapi data mengenai seberapa luas penyebarannya di masyarakat, siapa aja yang terlibat, faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap permasalahan itu, serta dampak yang ditimbulkan dan sebagainya masih belum tersedia baik itu di instansi-instansi resmi maupun yang bergerak dalam bidang penanggulangan narkoba. Dulu kita pikir antara narkoba dan AIDS nggak ada hubungannya. Eh ternyata sekarang bukti menunjukkan bahwa kasus AIDS yang disebabkan karena Narkotika meningkat drastic, terutama dikalangan remaja, NAH, LO!
Saat ini di dunia diperkirakan hampir lebih dari 30 juta orang hidup dengan HIV/AIDS dan sebagian besar ada di negara-negara sedang berkembang. Oleh karenanya tidak mengherankan apabila AIDS saat ini menjadi penyebab yang paling utama dari kematian yang terjadi. WHO memperkirakan perkembangan HIV/AIDS setiap harinya terjadi sekitar 14.000 kasus baru atau setiap detiknya akan ada 9 kasus. Sementara itu di Indonesia jumlah orang yang hidup dengan HIV/AIDS yang diketahui sebanyak 1283 kasus, termasuk tambahan pada bulan Juni 2000 kemarin sebanyak 26 kasus yang terdiri dari 8 kasus AIDS dan 18 kasus HIV positif. Dari jumlah kasus-kasus diketahui, diperkirakan sekitar 52.000 orang dewasa dan anak-anak telah hidup dengan HIV/AIDS, mengerikan bukan ?Di beberapa negara, pengguna napza ( narkotika, alkohol, psikotropika dan zat adiktif ) melalui jarum suntik atau lebih sering dikenal dengan IDU (Injecting Drug Use) atau obat yang disuntikkan menjadi sebuah tren baru yang menjadi pemicu kasus-kasus HIV/AIDS seperti di Malaysia, Vietnam, Thailand termasuk Indonesia. IDU mempunyai kaitan yang erat dengan HIV/AIDS manakala obat disuntikkan dengan menggunakan media atau jarum suntik yang telah terkontaminasi dengan virus sehingga virus dapat dengan mudah ditularkan daripada cara-cara penularan yang lain. Selain itu, kaitan yang lain yaitu, ada kecenderungan di kalangan IDU memiliki perilaku seksual yang beresiko tinggi.
Dengan kondisi seperti itu, jelas akan menjadi pemicu yang mengkhawatirkan terhadap kasus-kasus di sebuah daerah. Kondisi seperti ini pun ternyata sudah menjangkau kalangan IDU’s di Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya kasus HIV/AIDS yang disebabkan oleh Idu yaitu dari 1283 kasus HIV/AIDS, 60 diantaranya disebabkan oleh IDU. Gambaran yang cukup mengejutkan barangkali bisa dilihat pada perkembangan 6 bulan terakhir sampai dengan bulan Juni 2000 ini, di mana dari 240 kasus baru, 37 kasus diantaranya adalah IDU. Seperti pengalaman negara-negara lain, perkembangan kasus HIV/AIDS pada IDU ini diperkirakan bisa mencapai 40 persen.
Mengapa remaja memakai napza ? Ada banyak alasan mengapa remaja menggunakan napza, kebanyakan karena masalah emosional / psikis yaitu untuk mengurangi kecemasan, melupakan permasalahan yang sedang dihadapi ( melarikan diri dari masalah ), mengatasi kesepian, untuk relaks, dan masih banyak alasan lainnya. Namun ada juga yang menggunakan napza karena awalnya adalah coba-coba kemudian akhirnya ketagihan karena efek ‘enak’ yang didapatkan oleh remaja setelah mengkonsumsi napza. Menurut seorang ahli, ada 6 faktor ( yang dapat berdiri sendiri atau bergabung satu sama lain ) untuk menjelaskan mengapa seseorang bisa menjadi penyalahguna napza sedangkan yang lain tidak, yaitu :
1. Kebutuhan untuk menekan frustasi dan dorongan agresif, ketidakmampuan menunda kepuasan
2. Tidak ada identifikasi seksual yang jelas
3. Kurang kesadaran dan upaya untuk mencapai tujuan-tujuan yang bisa diterima secara sosialM
4. Menggunakan perilaku yang menyerempet bahaya untuk menunjukkan kemampuan diri
5. Menekan rasa bosan
Memang pada akhirnya permasalahan penyalahgunaan napza ini akan bergantung pada faktor diri remaja selain juga pengaruh lingkungan di sekitarnya ataupun tekanan dari teman sebayanya. Menggunakan narkotika melalui jarum suntik tidak hanya mangakibatkan tertularnya virus HIV/AIDS saja akan tetapi juga beberapa penyakit lain yang ditularkan melalui darah misalnya hepatitis B, hepatitis C, sipilis, ataupun malaria. Ternyata memang banyak resiko yang ditawarkan oleh penggunaan jarum suntik pada diri remaja.
Kemudian apa yang bisa dilakukan untuk mencegah semakin maraknya kasus penyalahgunaan napza di lingkungan remaja, khususnya yang menggunakan jarum suntik ? Hal-hal yang bisa dilakukan untuk mencegah terinfeksinya HIV/AIDS melalui jarum suntik adalah :
1. Melakukan program pencegahan dengan melalui KIE ( komunikasi, edukasi, & informasi )
Misalnya dengan melalui ceramah, seminar, media seperti buklet, leaflet, poster, sticker, buletin ataupun majalah / koran
2. Melakukan program penurunan resiko
Selain pencegahan, maka perlu juga dilakukan program-program yang secara langsung ditujukan pada para IDU’s misalnya dengan penyediaan jarum suntik steril, memberikan penyuluhan kepada mereka dan partner seks mereka agar mereka menyadari resiko-resiko perilakunya dalam kaitannya dengan HIV/AIDS, menyediakan pelayanan konseling bagi para IDU’s maupun bagi IDU’s yang sudah hidup dengan HIV/AIDS, menyediakan pelayanan kesehatan dan juga menyediakan kondom. Memang program penurunan resiko ini cukup dilematis, di satu pihak itu memberikan kesan bahwa program ini justru melegalkan penyalahgunaan napza ataupun hubungan seks, namun di pihak lain ini merupakan sebuah strategi yang cukup efektif khususnya bagi remaja yang sudah aktif menggunakan napza, maupun yang sudah seksual aktif. Hal yang perlu diingat adalah bahwa kondisi remaja itu berbeda-beda, ada yang perilakunya tidak / kurang beresiko namun ada pula remaja yang perilakunya beresiko tinggi, dan tentu saja hal ini harus disikapi dengan metode yang berbeda sesuai dengan karakteristiknya.
3. Melakukan program outreach dan pendidik teman sebaya
Remaja biasanya lebih dekat dengan teman sebayanya dibandingkan dengan orangtua ataupun gurunya sehingga apabila ada permasalahan maka mereka lebih suka untuk datang ke temannya baik untuk menceritakan maupun meminta solusi atas permasalahan yang dialaminya. Dengan adanya program pendidik teman sebaya ini maka remaja akan menjadi narasumber bagi remaja lainnya.
4. Melalui rehabilitasi
Bagi remaja yang sudah ketagihan dan pengkonsumsi berat narkoba maka tidak ada jalan lagi kecuali ‘disembuhkan’ dengan cara rehabilitasi baik secara medis, psikis ( spiritual ) dan cara-cara yang lainnya.
Masa remaja memanglah masa yang indah, penuh dengan petualangan, sekaligus penuh dengan resiko, termasuk ketagihan obat-obatan terlarang. Hai remaja akankah kamu menyia-nyiakan masa mudamu dengan hal yang akan mengubur masa depanmu dan cita-citamu ?

Usia Muda dan Gangguan Karir

Kenali Karir
Dalam memilih karir anda tentu harus yakin dengan pilihan tersebut. Oleh karena itu anda harus mampu menyusun rencana karir yang jelas bagi anda sendiri. Kenali berbagai hal yang bisa membantu anda dalam pengembangan karir. Namun demikian anda perlu bersikap realistis dan tidak memasang target yang muluk- muluk. Untuk memperoleh kredibilitas tidaklah berarti bahwa anda harus menjadi seorang yang sempurna (perfect); karena tidak ada manusia yang sempurna. Kredibilitas anda akan dinilai berdasarkan pada apa yang anda ketahui dan apa yang tidak ada ketahui dan bagaimana anda menyikapi hal tersebut. Dengan kata lain ada harus bersikap realistis untuk mau mengakui apa yang tidak bisa anda kerjakan dan apa yang bisa anda kerjakan. Jika anda dapat melakukannya maka orang lain (termasuk klien dan rekan kerja senior) pasti akan menaruh "respect" dan percaya pada anda.

Ikuti Aturan
Dalam dunia kerja selalu ada aturan-aturan main yang berlaku baik secara tertulis maupun tidak tertulis. Sebagai contoh sederhana adalah cara berpakaian dan cara-cara berkomunikasi dengan sopan. Sehebat apapun anda atau seberapa banyak pun gelar yang anda sandang, aturan atau norma-norma tersebut tidak boleh anda abaikan. Anda harus belajar untuk menyesuaikan diri dengan budaya yang ada dalam perusahaan. Jika anda yang kebetulan berusia muda mau mengikuti aturan (cth: bisa berkomunikasi dengan baik dan memiliki cara berpakaian yang pantas) maka gap antara senior dan junior akan dapat diminimalisasikan dengan cepat.

Terus Belajar
Satu cara paling efektif menghilangkan kritik atau pun pandangan negatif dari orang lain adalah dengan menunjukkan kinerja. Intinya adalah orang lain jarang peduli bagaimana anda mengerjakan tugas atau pekerjaan yang diberikan, tetapi yang menjadi pokok perhatian adalah apakah anda mampu mengerjakan tugas dengan baik. Sekali orang yang mengkritik anda melihat bahwa anda melakukan suatu pekerjaan atau tugas dengan sukses maka ia akan berhenti menganggap remeh dan mengkritik anda. Oleh karena itu lakukan berbagai upaya untuk dapat menunjukkan performa yang optimal. Lakukan semua pekerjaan sekecil apapun tugas yang diberikan dan jangan takut untuk bertanya atau berbagi pengalaman atau pengetahuan dengan orang lain. Teruslah membuka diri untuk menerima informasi atau pengetahuan baru. Gunakan berbagai sarana ada untuk belajar dan meningkatkan kemampuan anda.
Hargai Perbedaan
Tak bisa dipungkiri bahwa meskipun anda telah melakukan berbagai upaya untuk menghilangkan gap antara senior dan junior, namun tetap saja masih ada perbedaan-perbedaan. Dalam hal ini anda tidak perlu berkecil hati, sebab bisa saja hal tersebut mungkin bukan disebabkan oleh anda melainkan memang sudah menjadi karakteristik dari senior anda. Satu-satunya cara untuk membuat anda tidak frustrasi adalah dengan mengakui adanya perbedaan tersebut dan menunjukkan bahwa memang ada perbedaan cara dan gaya kerja antara anda yang berusia muda dengan para senior anda yang berusia lebih tua. Sejauh tidak menyalahi aturan yang berlaku maka kerjakan tugas-tugas yang menurut gaya anda meskipun para senior anda tidak melakukannya. Hal ini kadang-kadang dipandang perlu untuk memberikan penyegaran bagi perusahaan, terutama jika perusahaan tersebut lebih banyak mempekerjakan pegawai yang berusia terbilang senior dan masih memakai pola kerja lama. Selain itu anda pun wajib menghargai senior yang memiliki perbedaan cara dan gaya kerja dengan anda karena hal ini akan turut memperkaya wawasan anda.
Bersikap Rendah Hati
Dalam bekerja ada banyak kesempatan dimana kita dituntut untuk bersikap rendah hati dengan mau berbagi atau mendelegasikan tugas-tugas kepada orang lain, terutama untuk hal-hal yang bukan menjadi kompetensi kita. Pada saat anda tahu bahwa ada orang lain yang lebih kompeten untuk mempresentasikan suatu materi pada klien anda atau kepada atasan anda, maka tidak ada salahnya jika anda memberikan kesempatan kepada rekan anda tersebut. Selain itu, anda pun harus berani untuk menolak suatu tugas-tugas yang bukan menjadi kompetensi anda.
Selain beberapa cara di atas, saya yakin masih ada cara-cara lain yang bisa anda lakukan untuk menjaga kelanggengan karir anda. Akhir kata, usia hanya akan menjadi hambatan karir jika anda membiarkannya. Namun seiring dengan berjalannya waktu dan keberhasilan anda dalam menunjukkan kompetensi yang anda miliki maka usia berapapun bukan masalah untuk meraih kesuksesan karir. Selamat mencoba dan semoga bermanfaat.