Blogger "Peer Education" - suryahandayana
YAKIN & BERMANFAAT

Thursday 6 September 2012

"Peer Education"

SEBAGAI remaja, waktu kita lebih banyak kita habiskan dengan teman sesama remaja daripada dengan orang tua atau anggota keluarga lain.Kita bersama-sama di sekolah dari pagi sampai siang, belum lagi kalau ada ekstra kurikuler. Interaksi yang intensif ini juga disertai oleh fenomena yang disebut peer pressure atau tekanan teman sebaya. Kita tentunya bisa merasakan betapa besar pengaruh teman sebaya dalam kehidupan kita sehari-hari. Mulai dari cara berbicara, berpakaian, sampai bertingkah laku, kita tidak hanya mengikuti apa yang diajarkan dan diarahkan oleh orang tua di rumah, tetapi juga memperhatikan dan mengikuti apa yang dilakukan oleh teman-teman sebaya. Dengan intensitas hubungan seperti itu, tidak heran kalau sumber informasi yang dianggap paling penting oleh remaja adalah sesama remaja sendiri. Informasi yang beredar di kalangan remaja bisa berupa hal yang tidak krusial seperti seputar masalah mode dan bintang film atau grup musik pujaan, tetapi juga bisa berupa informasi yang sangat penting seperti masalah seksualitas dan kesehatan reproduksiDengan perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya dari masa kanak-kanak menjadi dewasa, remaja sangat terdorong untuk mencari tahu informasi seputar seksualitas. Pengetahuan remaja tentang seksualitas dan kesehatan reproduksi terutama didapat dari teman sebaya, disusul oleh pengetahuan dari televisi, majalah atau media cetak lain, sedang orang tua dan guru menduduki posisi setelah kedua sumber tadi. Oleh karena itulah, pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi juga mempengaruhi dan dipengaruhi oleh pengetahuan teman-teman sebayanya (peer). Kalau peer mempunyai pengetahuan yang memadai, maka dia akan dapat memberikan pengetahuan ini kepada temannya. Sebaliknya, apabila pengetahuan remaja tentang seksualitas dan kesehatan reproduksi rendah, maka yang beredar di kalangan remaja adalah informasi yang tidak dapat dipertanggungjawabkan, termasuk mitos-mitos yang menyesatkan. Hal ini tentunya sangat membahayakan, apalagi mengingat bahwa mitos yang menyesatkan tadi bisa berakibat fatal terhadap masa depan remaja itu. Bayangin aja kalau karena kurang pengetahuan atau mempercayai mitos yang salah, seorang remaja sampai hamil atau tertular penyakit menular seksual (PMS).
Peer Education, yaitu pendidikan bagi remaja oleh remaja. Sebelum menjadi peer educator, para remaja ini mendapat pendidikan dulu mengenai masalah-masalah remaja, termasuk seksualitas dan kesehatan reproduksi. Setelah itu, diharapkan mereka dapat menularkan pengetahuannya tadi ke rekan-rekan sebayanya, serta mempengaruhi mereka untuk mengambil keputusan yang sehat dan bertanggung jawab. Pada intinya peer educator (PE) berperan sebagai pemberi informasi bagi rekan sebayanya. Kegiatan yang dilakukan oleh PE bermacam-macam, misalnya, memfasilitasi diskusi kelompok, memberikan informasi secara interpersonal, menjadi motivator untuk kegiatan-kegiatan remaja di sekolah atau di lingkungannya, dan juga memberikan peer counseling.


0 komentar:

Post a Comment