Blogger June 2011 - suryahandayana
YAKIN & BERMANFAAT

Thursday 16 June 2011

MACAM-MACAM PERMAINAN DALAM OUT BOUND

1. ALMOST INFINITE CIRCLE Permainan : Peserta diminta untuk dapat melepaskan tali yang terikat dengan tali pasangannya, dimana tali tersebut masing-masing terikat di kedua pergelangan tangan masing-masing orang. Aturan Main : • Tidak boleh memotong tali. • Tidak boleh membuka simpul yang mengikat ke pergelangan tangan. 2. GRASS IN THE WIND Permainan : Pada permainan ini peserta secara bergantian akan bergantian akan merubuhkan diri ke arah rekan kelompok yang berdiri di sekeliling nya ; dan rekan-rekan yang lain menahan dan kemudian mendorongnya ke arah yang lain. Aturan Main : • kelompok membuat lingkaran kecil dengan posisi tangan di depan dada • satu anggota kelompok berdiri di pusat lingkaran. • peserta yang di tengah menjatuhkan badan seperti kayu tumbang, dengan kaki yang tidak berpindah dan tetap rapat. • sisa kelompok yang ada bertugas menahan kemudian mendorongnya ke arah yang lain. 3. X – Y Games Permainan : Setiap kelompok mewakili sebuah divisi dalam perusahaan. Tujuan kelompok adalah memaksimalkan keuntungan (profit) divisi. Aturan Permainan • ke 4 kelompok dipisahkan dari yang lain dan tidak diperbolehkan berkomunikasi sepanjang permainan • permainan dijalankan dalam beberapa putaran. Untuk Setiap putaran divisi harus memilih “X” atau “Y”. dilarang melanjutkan putaran sebelum semua divisi menentukan pilihannya • dalam tiap putaran , tiap divisi akan untung atau rugi berdasarkan kombinasi dari pilihan –pilihan tiap divisi (lihat profit/loss scoring table) • keunttungan dan kerugian akan dikumulasi. Catatan : pada putaran ke 5, nilai akan dikalikan 3 dan pada putaran 8 dikalikan 5, dan di putaran 10 dikalikan 10. • keputusan divisi memilih X atau Y didasarkan pada kesepakatan semua anggota divisi o tiapa anggota kelompok harus memilih o gunakan aturan suara mayoritas • saat divisi sudah memilih, beritahu kepada fasilitator pilihan tersebut. Jika semua divisi sudah menentukan pilihan, wakil kelompok maju ke tempat yang ditentukan untuk kemudian menunjukkan pilihan divisi mereka masing-masing. • lihat kombinasi pilihan yang ada, masukan skor. Lanjutkan ke putaran berikutnya • waktu tiap putaran hanya kurang lebih 2 minutes 4. TOXIC WASTE Permainan : Tim harus memindahkan cairan beracun dari satu container ke container yang lain. Aturan Main : • Peserta tidak boleh berbicara satu sama lain. • Alat bantu yang dapat digunakan hanya berupa tali-tali yang tersedia. • Tidak boleh memasuki area radiasi, bila ada seorang peserta yang menginjak maka permainan harus diulang dari awal lagi. • Cairan tidak boleh tumpah, apabila tumpah permainan diulang dari awal. • Dianggap selesai bila tali-tali yang dipergunakan kembali keluar lingkaran. Tipe : Strategic Game Target : team work dalam mencapai target, inovasi-kreativitas , disiplin 5. SPIDER WEB Permainan : Seluruh peserta harus berpindah dari satu sisi ke sisi yang lain melalui sebuah jaring laba-laba raksasa dengan dibantu rekan yang lain. Aturan Main : • Tidak boleh melalui lobang yang sudah pernah dilalui. • Badan dan pakaian tidak boleh menyentuh tali, tiang atau pohon tempat tali diikat. • Tidak boleh melakukan lompatan. Tipe : Strategic Game Target : team work dalam mencapai target, inovasi-kreativitas , disiplin 6. TOWER BUILDING Tugas : • Tim harus bekerja sama membangun sebuah menara dari alat/bahan yang disediakan • Kelompok juga diminta untuk mengambil benda tertentu yang berada di udara. • Tim juga harus membuat bendera dan memasangnya di ujung tower

Tuesday 7 June 2011

Bagaimana cara mengatasi masalah?

1. Menerima masalah dengan Ikhlas Ketika menyadari bahwa kita sedang dirundung masalah, maka hal pertama yang dapat dilakukan adalah menerimanya dengan lapang dada. Jangan berusaha menyangkalnya, karena justru akan membuat masalah terasa semakin berat karena energi kita habis untuk ‘tidak mempercayai’ bahwa masalah tersebut menimpa kita. Jangan panik. Siapa tahu dengan bersikap ikhlas maka akan timbul ide segar untuk memecahkan masalah tersebut 2. Kumpulkan informasi dan atau minta pertolongan Cari tau apa penyebab permasalahan anda lalu kumpulkan informasi untuk memecahkannya. Mungkin anda bisa meminta nasehat orang-orang yang dekat dengan anda atau bertanya pada orang yang mahir dalam memecahkan permasalahan anda tersebut dsb. Niscaya kegelisahan dan kekuatiran anda akan permasalahan tersebut akan berkurang. Misal : Saya mengalami masalah dengan hosting, maka yang bisa dilakukan adalah mengkontak tim support hosting tersebut ataupun bertanya ke teman-teman yang lebih berpengalaman dengan hosting tersebut, atau bisa juga dengan bertanya di forum-forum terkait maupun browsing mencari informasi sejenis di gugel dsb. Dengan demikian diharapkan permasalahan akan bisa terpecahkan. 3. Pilah-pilah masalah menjadi bagian-bagian kecil Cukup susah bila harus menyelesaikan permasalahan besar. Kita bisa memisahkan permasalahan besar tersebut menjadi bagian-bagian kecil dan menyelesaikannya secara bertahap. Dengan memilah-milah maka gambaran permasalahan anda secara garis besar akan tergambar lebih jelas. Misal : Anda mengalami permasalahan dalam mencari tambahan uang saku melalui internet. Penyebab bisa sangat kompleks, mungkin pada desain website anda, pengoptimalan web anda, konten yang tidak up to date karena sibuk, cara penulisan anda, program yang anda ikuti tidak cocok dengan anda, produk yang anda jual kurang peminat, kesulitan membagi waktu dengan pekerjaan offline, tidak fokus, blah..blah..blah..dsb..dsb.. Setelah mengidentifikasi berbagai penyebab masalah anda, maka anda bisa konsentrasi untuk memecahkannya satu persatu. Apabila pekerjaan-pekerjaan yang lebih kecil terselesaikan, maka secara keseluruhan akan menyelesaikan sebuah permasalahan yang lebih besar. 4. Temukan Hikmah ataupun pelajaran yang dapat dipetik Selalu ada pelajaran yang dapat kita ambil dari setiap permasalahan yang menimpa kita. Jadikan hal tersebut sebuah pengalaman untuk membuat anda semakin berkembang dari hari ke hari. Mental anda akan semakin kuat bila semakin terbiasa menghadapi dan memecahkan berbagai masalah. Selalu cari tau dan tanyakan pada diri sendiri, adakah peluang tersembunyi di balik permasalahan saya? 5. Selalu jaga motivasi anda Hindari perasaan ‘down’ pada diri anda. Jagalah semangat anda selalu. Jangan biarkan keadaan

PENYESUAIAN DIRI DI SEKOLAH

A. PENGERTIAN PENYESUAIAN DIRI Guru mengeluhkan seringkali siswa di sekolah tidak dapat menyesuaikan diri baik dengan aturan yang ada di sekolah maupun teman-teman sebayanya. Seperti contohnya ada siswa yang sering mengabaikan tugasnya sehingga guru menganggap bahwa anak membangkang dan segera ditarik ke ruangan BK karena dianggap melanggar peraturan. Ada pula yang bertindak tidak sopan dengan salah seorang guru sehingga guru yang lain menanggap bahwa anak tersebut membuat perilaku yang buruk dan memberikan ketidak nyamanan terhadap lingkungan sekitarnya (Wawancara guru BK, 2010). Penyesuaian diri merupakan masalah yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Berbagai masalah yang muncul dalam kehidupan manusia hampir selalu berkaitan dengan penyesuaian diri, namun tidak semua tingkah laku manusia dapat dikatakan sebagai proses penyesuaian diri. Schneiders (1964) mengatakan bahwa konsep penyesuaian diri tidak dikenakan pada aktivitas manusia yang bersifat netral, misalnya seseorang yang berjalan-jalan, mendengarkan musik, atau menulis surat. Menurutnya penyesuaian diri timbul apabila terdapat kebutuhan, dorongan, dan keinginan yang harus dipenuhi oleh seseorang, termasuk juga saat seseorang menghadapi suatu masalah atau konflik yang harus diselesaikan. Individu pada kondisi ini, akan mengalami proses belajar, belajar memahami, mengerti, dan berusaha untuk melakukan apa yang diinginkan oleh dirinya, maupun lingkungannya. Artinya, individu perlu mempertimbangkan adanya norma-norma yang berlaku di lingkungan dalam memenuhi kebutuhannya (Affiatin, 1993). Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk menyelaraskan pemuasan kebutuhan diri dengan situasi lingkungan sehingga tercapai suatu integrasi dan keseimbangan. Penyesuaian diri dapat dikatakan sebagai usaha beradaptasi, konform terhadap hati nurani maupun norma sosial, serta perencanaan dan pengorganisasian respon dalam menghadapi konflik dan masalah. Penyesuaian diri didukung oleh adanya kematangan emosi yang menyebabkan individu mampu untuk memberikan respon secara tepat dalam segala situasi. Masalah penyesuaian timbul apabila ada suatu tuntutan dan persyaratan yang harus dipenuhi oleh seseorang, atau apabila seseorang dihadapkan pada kesulitan yang harus diselesaikan, atau seseorang menghadapi konflik batin yang harus dipecahkan, dan kalau seseorang berada dalam keadaan frustasi dan mencoba mengatasinya (Schneider, 1964). Tuntutan semacam ini sering dijumpai pada setiap orang, baik dalam kehidupan bermasyarakat, di perkejaan, ataupun di dalam menghadapi tanggung jawab disegala bidang. Seseorang dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhan, apabila dihadapkan pada persyaratan yang harus dipenuhi akan melibatkan kepribadian dan perilaku untuk terciptanya usaha penyesuaian. Proses penyesuaian berbentuk respon, sedangkan respon tersebut mewujudkan ekspresi langsung dari kepribadian. Schneider (1964) berpendapat bahwa penyesuaian mengandung banyak arti, antara lain misalnya seseorang berusaha mengurangi tekanan dari dorongan kebutuhan atau seseorang yang mencoba mengurangi frustasi, dapat mengembangkan mekanisme psikologis, membentuk simptom, menggunakan pola perilaku yang dapat dimanfaatkan dalam berbagai situasi, dapat juga bersikap tenang, efisien dalam memecahkan konflik dan belajar sebaik-baiknya menempatkan diri di tengah-tengah orang lain. Semua usaha tersebut tergolong usaha penyesuaian diri. Menurut Tallent (Setiowati, 2000) di dalam setiap tahap kehidupan, individu akan berusaha untuk mencapai keselarasan antara tuntutan personal, biologis, sosial dan psikologis, serta tuntutan lingkungan sekitarnya. Ada sebagian individu yang berhasil dalam melakukan penyesuaian diri tetapi ada juga yang terhambat. Penyesuian diri yang baik akan memberikan kepuasan yang lebih besar bagi kehidupan seseorang. Hanya individu yang mempunyai kepribadian yang kuat yang mampu menyesuaikan diri secara baik. Menurut Satmoko (2004) penyesuaian diri dipahami sebagai interaksi seseorang yang kontinu dengan dirinya sendiri, orang lain, dan dunianya. Seseorang dikatakan mempunyai penyesuaian diri yang berhasil apabila ia dapat mencapai kepuasan dalam usahanya memenuhi kebutuhan, mengatasi ketegangan, bebas dari berbagai simptom (gejala) yang mengganggu seperti, kecemasan, kemurungan, depresi, obsesi, atau gangguan psikosomatis yang dapat menghambat tugas seseorang. Sebaliknya, gangguan penyesuaian diri terjadi apabila seseorang tidak mampu mengatasi masalah yang dihadapi dan menimbulkan respons dan reaksi yang tidak efektif, situasi emosional yang tidak terkendali, dan keadaan yang tidak memuaskan. Schneider (1964) mengatakan bahwa penyesuaian diri mempunyai empat unsur. Pertama, adaptation yaitu penyesuaian diri dipandang sebagai kemampuan individu dalam beradaptasi. Orang yang penyesuaian dirinya baik berarti ia mempunyai hubungan yang memuaskan dengan lingkungan. Misalnya, menghindari ketidaknyamanan akibat cuaca yang tidak diharapkan, maka orang membuat sesuatu untuk dapat berlindung. Kedua, conformity yaitu seseorang dikatakan mempunyai penyesuaian diri baik apabila memenuhi kriteria sosial dan hati nuraninya. Ketiga, mastery yaitu orang yang mempunyai penyesuaian diri yang baik mempunyai kemampuan dalam merencanakan da mengorganisasikan sesuatu respons yang muncul dari dalam dirinya sehingga dapat menyusun dan menanggapi segala masalah dengan efisien. Keempat, individual variation yaitu ada perbedaan individual pada perilaku dan respons yang muncul dari masing-masing individu dalam menanggapi masalah. Menurut Gunarsa dan Gunarsa (Karanina & Suyasa, 2005) ada orang yang cepat menyesuaikan diri terhadap perubahan, namun ada juga yang perlu waktu lama untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan dalam dirinya dengan usaha penyesuaian diri seseorang mengadakan perubahan-perubahan tingkah laku dan sikap supaya mencapai kepuasan dan sukses dalam aktivitasnya, sedangkan menurut Fernald penyesuaian diri adalah “a continous process and in a general sense, it exust on a continuum”. Artinya bahwa penyesuaian diri adalah proses yang terus menerus dan bukan tahapan statis atau berhenti. Lebih khusus proses konstan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan individu sebagaimana selalu timbul sepanjang kehidupan individu tersebut. Dasar penting bagi terbentuknya suatu pola penyesuaian diri adalah kepribadian. Perkembangan kepribadian pada dasarnya dipengaruhi oleh interaksi fakta internal dan eksternal individu. Menurut Hurlock (1990), penyesuaian diri adalah kemampuan individu untuk memperlihatkan sikap serta tingkah laku yang menyenangkan, sehingga ia diterima oleh kelompok atau lingkungannya. Kondisi yang diperlukan untuk mencapai penyesuaian diri yang baik yaitu bimbingan untuk membantu anak belajar menjadi realistis tentang diri dan kemampuannya, dan bimbingan untuk belajar bersikap bagaimana cara yang akan membantu penerimaan sosial dan kasih sayang dari orang lain. Dalam interaksi individu akan menyeleksi segala sesuatu dari lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan, apabila interaksi harmonis maka dapat diharapkan terjadi perkembangan kepribadian yang sehat, sebaliknya jika tidak maka akan muncul masalah perilaku. B. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYESUAIAN DIRI Dalam kehidupan sehari-hari ternyata tidak setiap anak dapat menyesuaikan diri dengan baik terhadap lingkungannya. Anak yang “miskin” kepribadiannya atau kehidupan sosialnya, merasa tidak bahagia dan mengalami kesulitan dalam mengatasi masalah yang timbul. Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan anak dalam menyesuaikan diri. Menurut Hurlock (1991) ada empat faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri, yaitu : 1. Lingkungan tempat anak dibesarkan, yaitu kehidupan di dalam keluarga. Bila dalam keluarga tersebut dikembangkan perilaku sosial yang baik, sehingga pengalaman ini akan menjadi pedoman yang membantu anak untuk melakukan penyesuaian diri dan sosial di luar rumah. 2. Model yang diperoleh anak di rumah, terutama dari orang tuanya. Anak biasanya akan meniru perilaku orang tua yang menyimpang, maka anak akan cenderung mengembangkan kepribadian yang tidak stabil. 3. Motivasi untuk belajar melakukan penyesuaian diri dan sosial. Motivasi ini dapat ditimbulkan dari pengalaman sosial awal yang menyenangkan, baik di rumah atau di luar rumah. 4. Bimbingan dan bantuan yang cukup dalam proses belajar penyesuaian diri. Schneiders (1964) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri adalah : 1. Kondisi jasmani, yang meliputi pembawaan jasmaniah yang dibawa sejak lahir dan kondisi tubuh. 2. Perkembangan dan kematangan, yang meliputi kematangan intelektual, sosial, moral, dan emosional. 3. Kondisi lingkungan, yaitu rumah, keluarga, sekolah. Faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri dibedakan menjadi dua. Pertama, faktor internal, yaitu faktor yang berasal dari diri individu yang meliputi kondisi jasmani, psikologis, kebutuhan, kematangan intelektual, emosional, mental, dan motivasi. Kedua, faktor eksternal yang berasal dari lingkungan yang meliputi lingkungan rumah,keluarga, sekolah, dan masyarakat. C. CIRI-CIRI PENYESUAIAN DIRI Penyesuaian diri berlangsung secara terus-menerus dalam diri individu dan lingkungan. Schneiders (1964) memberikan kriteria individu dengan penyesuaian diri yang baik, yaitu sebagai berikut : 1. Pengetahuan tentang kekurangan dan kelebihan dirinya. 2. Objektivitas diri dan penerimaan diri 3. Kontrol dan perkembangan diri 4. Integrasi pribadi yang baik 5. Adanya tujuan dan arah yang jelas dari perbuatannya 6. Adanya perspektif, skala nilai, filsafat hidup yang adekuat 7. Mempunyai rasa humor 8. Mempunyai rasa tanggung jawab 9. Menunjukkan kematangan respon 10. Adanya perkembangan kebiasaan yang baik 11. Adanya adaptabilitas 12. Bebas dari respon-respon yang simtomatis atau cacat . Memiliki kemampuan bekerjasama dan menaruh minat terhadap orang lain 1. Memiliki minat yang besar dalam bekerja dan bermain 2. Adanya kepuasan dalam bekerja dan bermain 3. Memiliki orientasi yang adekuat terhadap realitas Whittaker mengatakan ciri-ciri individu yang dapat menyesuaikan diri secara sehat adalah yang : 1. Mempunyai toleransi terhadap frustasi yang lebih baik 2. Mempunyai sikap yang sehat terhadap fungsi tubuhnya 3. Merasa diterima sebagai bagian dari kelompoknya 4. Percaya diri dan tidak merasa rendah diri di hadapan orang banyak 5. Mengerti kenapa individu berbuat dengan cara tertentu, atau mengapa individu mempunyai perasaan tertentu terhadap seseorang atau peristiwa tertentu. Lazarus (1961, h. 10-13) menyatakan bahwa penyesuaian diri yang baik mencakup empat kriteria sebagai berikut : a. Kesehatan fisik yang baik. Kesehatan fisik yang baik berarti individu bebas dari gangguan kesehatan seperti sakit kepala, gangguan pencernaan dan masalah selera makan ataupun masalah fisik yang disebabkan faktor psikologis. b. Kenyamanan psikologis. Individu yang merasakan kenyamanan psikologis berarti terbebas dari gejala psikologis seperti obsesif-kompulsif, kecemasan dan depresi. c. Efisiensi kerja. Efisiensi kerja dapat dicapai bila individu mampu memanfaatkan kapasitas kerja maupun sosialnya. d. Penerimaan sosial. Penerimaan sosial terjadi bila individu diterima dan dapat berinteraksi dengan individu lain. Individu dapat diterima dan berinteraksi dengan individu lain jika individu mematuhi norma dan nilai yang berlaku. D. ASPEK-ASPEK PENYESUAIAN DIRI Schneiders (1964) mengungkapkan bahwa penyesuaian diri yang baik meliputi enam aspek sebagai berikut : a. Kontrol terhadap emosi yang berlebihan. Aspek ini menekankan kepada adanya kontrol dan ketenangan emosi individu yang memungkinkannya untuk menghadapi permasalahan secara cermat dan dapat menentukan berbagai kemungkinan pemecahan masalah ketika muncul hambatan. Bukan berarti tidak ada emosi sama sekali, tetapi lebih kepada kontrol emosi ketika menghadapi situasi tertentu. b. Mekanisme pertahanan diri yang minimal. Aspek ini menjelaskan pendekatan terhadap permasalahan lebih mengindikasikan respon yang normal dari pada penyelesaian masalah yang memutar melalui serangkaian mekanisme pertahanan diri yang disertai tindakan nyata untuk mengubah suatu kondisi. Individu dikategorikan normal jika bersedia mengakui kegagalan yang dialami dan berusaha kembali untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Individu dikatakan mengalami gangguan penyesuaian jika individu mengalami kegagalan dan menyatakan bahwa tujuan tersebut tidak berharga untuk dicapai. c. Frustrasi personal yang minimal. Individu yang mengalami frustrasi ditandai dengan perasaan tidak berdaya dan tanpa harapan, maka akan sulit bagi individu untuk mengorganisir kemampuan berpikir, perasaan, motivasi dan tingkah laku dalam menghadapi situasi yang menuntut penyelesaian. d. Pertimbangan rasional dan kemampuan mengarahkan diri. Individu memiliki kemampuan berpikir dan melakukan pertimbangan terhadap masalah atau konflik serta kemampuan mengorganisasi pikiran, tingkah laku, dan perasaan untuk memecahkan masalah, dalam kondisi sulit sekalipun menunjukkan penyesuaian yang normal. Individu tidak mampu melakukan penyesuaian diri yang baik apabila individu dikuasai oleh emosi yang berlebihan ketika berhadapan dengan situasi yang menimbulkan konflik. e. Kemampuan untuk belajar dan memanfaatkan pengalaman masa lalu. Penyesuaian normal yang ditunjukkan individu merupakan proses belajar berkesinambungan dari perkembangan individu sebagai hasil dari kemampuannya mengatasi situasi konflik dan stres. Individu dapat menggunakan pengalamannya maupun pengalaman orang lain melalui proses belajar. Individu dapat melakukan analisis mengenai faktor-faktor apa saja yang membantu dan mengganggu penyesuaiannya. f. Sikap realistik dan objektif. Sikap yang realistik dan objektif bersumber pada pemikiran yang rasional, kemampuan menilai situasi, masalah dan keterbatasan individu sesuai dengan kenyataan sebenarnya. Sawrey dan Telford (1968) mengungkapkan aspek-aspek penyesuaian diri yaitu : a. Kesadaran selektif. Penyesuaian diri yang baik membutuhkan kemampuan diri individu untuk melakukan seleksi. Kemampuan untuk melakukan seleksi didasarkan pada pengalaman-pengalaman dan hasil belajar. b. Kemampuan toleransi. Individu yang memiliki penyesuaian diri yang baik akan mampu menerima kehadiran individu lain dan menganggap individu tersebut apa adanya. Penyesuaian diri yang baik juga terlihat dari kemampuan menerima nilai hidup dan kode moral orang lain yang bertentangan dengan nilai hidup dan kode moral pribadi, serta mampu mengembangkannya dengan baik. c. Integritas kepribadian. Individu yang memiliki penyesuaian diri yang baik tidak merasa takut terhadap kehadiran individu lain, merasa aman dan tidak panik walau menghadapi hambatan dalam mencapai tujuan. d. Harga diri. Pandangan dan keyakinan individu merupakan gambaran yang menunjukkan tentang kehidupan yang dijalani oleh individu. e. Aktualisasi diri. Individu yang memiliki penyesuaian diri yang baik selalu menyadari potensi-potensi yang dimiliki secara positif, konstruktif dan realistis dan berusaha untuk mengembangkan potensinya sebagai aktualisasi diri. Runyon dan Haber (1984) menyebutkan bahwa penyesuaian diri yang dilakukan individu memiliki lima aspek sebagai berikut : a. Persepsi terhadap realitas. Individu mengubah persepsinya tentang kenyataan hidup dan menginterpretasikannya, sehingga mampu menentukan tujuan yang realistik sesuai dengan kemampuannya serta mampu mengenali konsekuensi dan tindakannya agar dapat menuntun pada perilaku yang sesuai. b. Kemampuan mengatasi stres dan kecemasan. Mempunyai kemampuan mengatasi stres dan kecemasan berarti individu mampu mengatasi masalah-masalah yang timbul dalam hidup dan mampu menerima kegagalan yang dialami. c. Gambaran diri yang positif. Gambaran diri yang positif berkaitan dengan penilaian individu tentang dirinya sendiri. Individu mempunyai gambaran diri yang positif baik melalui penilaian pribadi maupun melalui penilaian orang lain, sehingga individu dapat merasakan kenyamanan psikologis. d. Kemampuan mengekspresikan emosi dengan baik. Kemampuan mengekspresikan emosi dengan baik berarti individu memiliki ekspresi emosi dan kontrol emosi yang baik. e. Hubungan interpersonal yang baik. Memiliki hubungan interpersonal yang baik berkaitan dengan hakekat individu sebagai makhluk sosial, yang sejak lahir tergantung pada orang lain. Individu yang memiliki penyesuaian diri yang baik mampu membentuk hubungan dengan cara yang berkualitas dan bermanfaat.

BAHAYA ROKOK, NARKOTIKA Dll

Narkotika termasuk jenis obat yang di gunakan dalam dunia kedokteran. Untuk mengurangi atau menghilangkan rasa sakit. Penyalah guanaan obat termasuk narkotika dengan alasan dan dosis yang tidak tepat, biasanya hal itu dipakai sebagai “pelarian” akibatnya terjadi ketergantungan (candu). Begitu juga rokok , bilamana di konsumsi dalam jangka panjang dapat mengakibatkan ganguan atau penyakit pada saluran pernapasan, [terganggunya peredaran darah, kanker, serangan jantung, ipotensi dan gangguan kehamilan dan janin]. Dengan demikian hal-hal diatas tidak hanya menyebabkan kantong kering tapi juga memberikan dampak negative bagi si pengguna. Penyalah gunaan obat termasuk jenis narkotika, rokok dan alcohol merupakan sesuatu yang sangat berbahaya bagi kesehatan dan perilaku pemakainya khususnya pelajar. I. OBAT BERBAHAYA DAN NARKOTIKA. 1. Obat berbahaya : Obat berbahaya di bagi menjadi tiga golongan : a. Depresansia : bahan atau obat yang menekan aktifitas system saraf pusat, yang menyebabkan pemakainya mengantuk, pemalas dan kehilangan gairah. Dalam golongan ini termasuk obat penenang, obat tidur, DZP, CPZ, VALIUM b. Stimulansia : bahan atau obat yang berfungsi merangsang aktifitas syaraf pusat sehingga rasa ngantuk berkurang, rasa lapar dan gembira yang berlebihan, contoh : AMFETAMIN, KAFEIN, NIKOTIN, ALKOHOL. c. Halusinogen : bahan atau obat yang menimbulkan perubahan kesadaran, perasaan, pikiran dan emosi pada pemakainya sehingga tak mampu membedakan kenyataan dan angan-angan, contoh : LSM 2. Narkotika Menurut UU, baik konvensi tuggal Narkotika PBB maupun UU NARKOTIKA RI ada tiga macam yang termasuk dalam golongan narkotika : a. Opiat atau candu sejenis tanaman di mana zat yang di peroleh adalah morfin b. Kokain c. Ganja 3. Penyalah gunaan obat Penyalahgunaan obat di kalangan remaja Penyebab penyalah gunaan obat pada remaja dari segi kejiwaan oleh karena beberapa hal : 1. Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa yang sering menimbulkan rasa tertekan(depresi), dan kebingungan dan rasa sedih apabila si remaja tidak bisa menyelesaikan masalahnya.Keadaan tersebut bisa mempengaruhi remaja untuk menyalah gunaan obat. 2. Karena bergaul dengan teman-teman sebaya, remaja ingin di terima dalam kelompok, karna remaja tersebut ingin di terima maka si remaja melakukan penyalah gunaan obat. 3. Rasa ingin memberontak dari perlakuan keras orang tua, itu juga dapat menjadi alasan si remaja menyalah gunaan obat, menjadi pelarian mereka. 4. Timbulnya ras ingin mencoba-coba sesuatu yang baru, yang sebelumnya belum pernah di lakukan si remaja. 5. Ada juga sebagian orang yang mengatakan penyalah gunaan obat merupakan hal yang wajar dan merupakan symbol kedewasaan. 4. Pengaruh penyalah guanaan obat pada kesehatan Obat atau zat-zat bila di salah gunakan akan menimbulkan dampak yang negative bagi tubuh dan menggangu fungsi dan organ tubuh (hati, ginjal, jantung, pembulu darah, paru, dan otak saraf.) selanjutnya meng akibatkan kelainan yang serius. Di samping itu juga akan mengalami masalah mental dan kejiwaan (gelisah ringan hingga gangguan jiwa yang berat) social (kekerasan, termasuk perampokan dan pemerkosaan). II. ROKOK Pengaruh rokok adalah bagian dari penggunaan tembakau yang tujuannya tidak lain untuk mencari kenikmataan, merokok di bagi menurut penggunaannya yaitu : a. Merokok, dengan cara menghisap asap dari pembakaran tembakau, biasanya di tambah dengan bahan-bahan campuran lain. b. Menghisap, mencium, memah temba. Kandungan asap rokok : Zat atau senya yang terdapat di dalam asap rokok lebih dari 4000 macam, sebagian bersifat racun, bersifat karsinogenik (penyebab timbulnya kangker). Asap rokok terdiri 95% berbentuk gas dan 5% berbentuk partikel (terdiri dari nikotin hindrokarbon, fenol, katekol, hidrobenzen). Kategori rokok di golongkan menurut jumlah kandungan tar dan nikotin dalam satu batang rokok, umumnya kandungan dalam rokok keretek 41-71 mg. Kandungan nikotin 1-5 mg. pada rokok putih kandungan tar 16-23 mg 1-1,5 mg. pada hal anjuran pemerintah kandungan tar tidak legih dari 15 mg, dan nikotin kurang dari 1 mg. Remaja dan rokok. Pada beberapa penelitian di kalangan remaja, sebagian pernah mencoba merokok bahkan menjadi perokok aktif. Gejala merokok disebabkan rasa ingin tau dan mencoba pengalaman baru, ingin lebih dianggap jantan oleh orang di sekelilingnya. Penyakit-penyakit yang ditimbulkan antara lain : a. Penyakit saluran pernapasan. b. Penyakit kardiovaskuler. Cara mencegah dan menghentikan rokok 1. Diperbanyak peringatan-peringatan di larang merokok pada tempat-tempat umum. 2. Bagi yang tidak merokok di anjurkan untuk tidak memulai merokok. 3. Diharapkan pada orang tua atau guru untuk tidak merokok di depan remaja. 4. Bagi remaja perokok cobalah mengalihkan kebiasaannya dengan cara lain, misalnya dengan kembang gula atau permen karet. III. ALKOHOL Alkohol mengandung zat ethanol yang bervariasi kandunganya, alkohol termasuk golongan cat stimulasia yang dapat merangsang aktifitas syaraf pusat. Alkohol dapat juga di pakai sebagai zat pemati kuman ( desinfektan ) pada bidang kedokteran. Zat tersebut juga dapat menimbulkan ketergantungan, biasanya terjadi bila pengguna memakai secara rutin dan lama. Keadaan yang dapat timbul pada pemakai alkohol : a. Keracunan alkohol : bila di pakai dalam jumlah banyak, maka akan terjadi penyimpangan prilaku ( tidak bisa mengendalikan diri ) sperti agresif, mengoceh tidak karu-karuan. Sedangkan pada fisik, wajah merah, jalan sempoyongan, setengah sadar. b. Ketagihan atau penasaran “merasa ada yang kurang” karena tidak ada alkohol Remaja dan peminum alkohol Peminum alkohol dikalangan remaja biasanya oleh pengaruh kawan-kawanya, misalnya untuk masuk ke dalam pergaulan tersebut, atau ingin dikatakan lebih jantan. Pengaruh alkohol pada kesehatan,antara lain : 1. Terhadap jantung dan system peredaran darah : Mengakibatkan kelainan pada jantung, kelainan darah dan sumsum tulang sebagai pembentuk darah. 2. Terhadap hati : Merusak sel hati, mengakibatkan kegagalan fungsi hati. 3. Sistem pernapasan : Menyebabkan radang system pernapasan. 4. Penyakit infeksi : Kerusakan fungsi-fungsi dan organ tubuh, serta kekurangan makan mengakibatkan tahan tubuh menurun dan mudah terinfeksi. 5. Susunan syaraf : Terjadinya kemunduran fungsi otak atau syaraf, mengakibatkan gangguan kecerdasan, dan ganguan gerak. Cara menghentikan kebiasaan minum alkohol : a. Hindarilah kelompok kawan-kawan yang kebiasaanya meminum alkohol. b. Cobalah mengalihkan kebiasaan minum alkohol dengan cara mengalihkan pada hal-hal yang positif. Contoh : Olah Raga.

Monday 6 June 2011

Metode-metode permainan untuk ice breaking

SIAPA DIA ? Petunjuk : • Minta semua peserta untuk berdiri dan membentuk lingkaran • Minta seorang peserta untuk memperkenalkan nama dan satu hal lain mengenai dirinya dalam bentuk satu kalimat pendek ( tidak boleh lebih dari 6 kata ), misal: Nama saya Surya fasilitator Outbond, Nama saya Suparjo, Kader Komunitas • Mintalah peserta kedua untuk mengulang kalimat peserta pertama, baru kemudian memperkenalkan dirinya sendiri, misal : teman saya Djiasti, fasilitator, saya Maya, guru sekolah • Peserta ketiga harus mengulang kalimat 2 peserta sebelumnya sebelum memperkenalkan diri, demikian seterusnya sampai seluruh peserta memperoleh gilirannya. • Apabila peserta tidak dapat mengingat nama dan apa yang dikatakan 2 peserta lainnya, maka ia harus menanyakan langsung pada yang bersangkutan : ‘siapa nama anda?’ atau ‘siapa nama anda dan apa yang anda katakan tadi ?’ Menghangatkan suasana BADAI BERHEMBUS ( The Great Wind Blows) Strategi ini merupakan icebreaker yang dibuat cepat yang membuat para peserrta latihan bergerak tertawa. Strategi tersebut merupakan cara membangun team yang baik dan menjadikan para peserta lebih mengenal satu sama lain. Petunjuk : • Aturlah kursi – kursi ke dalam sebuah lingkaran. Mintalah peserta untuk duduk di kursi yang telah disediakan. • Jelaskan kepada peserta aturan permainan, untuk putaran pertama pemandu akan bertindak sebagai angin. • Pemandu sebagai angin akan mengatakan ‘ angin berhembus kepada yang memakai – misal : kacamata’ ( apabila ada beberapa peserta memakai kacamata). • Peserta yang memakai kacamata harus berpindah tempat duduk, pemadu sebagai angin ikut berebut kursi. • Akan ada satu orang peserta yang tadi berebut kursi, tidak kebagian tempat duduk. Orang inilah yang menggantikan pemandu sebagai angin. • Lakukan putaran kedua, dan seterusnya. Setiap putaran yang bertindak sebagai angin harus mengatakan ‘ angin berhembus kepada yang …………. ( sesuai dengan karakteristik peserta, misal : baju biru, sepatu hitam, dsb ) Kerjasama tim SEPATU LAPANGAN Permainan ini bermanfaat untuk mendorong proses kerjasama Tim, bahwa dalam sebuah Tim setiap orang akan belajar mendengar pendapat orang lain dan merekam masing-masing pendapat secara cermat dalam pikirannya, sebelum memutuskan pendapat apa yang terbaik menurut kelompok. Langkah – langkah • Bagilah peserta ke dalam kelompok – kelompok kecil ( 5 – 6 orang ), 1 orang akan menjadi pembicara kelaompok. • Mintalah setiap kelompok untuk mendiskusikan tentang sepatu lapangan apa yang cocok untuk bekerja di ‘lapangan’ dan peralatan apa lagi yang dibutuhkan (waktunya sekitar 5 menit) • Mintalah pembicara kelompok untuk mengingat pendapat yang berbeda dan pendapat yang sama dari setiap orang di kelompoknya masing-masing. • Mintalah pembicara kelompok untuk menyampaikan hasil diskusi ini seklaigus memperkenalkan nama anggota kelompoknya dan apa pendapat orang – orang tersebut mengenai topik diskusi di atas. • Setelah semua kelompok selesai, kemudian diskusikan : Apakah pembicara telah menyampaikan pendapat semua anggota kelompoknya secara tepat ? Apa yang dikurangi? Apa yang ditambah ? Apa yang tidak tepat. Kerjasama tim KOMPAK Permainan ini bermanfaat untuk menghangatkan suasana dan membentuk suasana kerja dalam Tim. Langkah – Langkah • Jelaskan kepada peserta aturan permainan ini • Bagilah peserta ke dalam 5 – 6 kelompok, yang penting satu kelompok terdiri dari 6 orang. • Mintalah masing – masing kelompok untuk membuat lingkaran dan satu orang anggota dari masing-masing kelompok untuk berdiri di tengah – tengah kelompoknya. • Katakana bahwa permainan ini untuk mnguji kita , apakah di antara teman-teman dalam kelompok itu saling percaya kepada TIM KERJA KITA. Yang berdiri di tengah harus menutup matanya, dengan ditutup kain, kemudian menjatuhkan diri secara bebas kea rah mana saja. • Sementara itu teman-teman dalam kelompoknya melingkar dan harus bertanggungjawab atas keselamatan teman yang di tengah tadi, karena permainan ini bisa – bisa akan memakan korban, maka jika yang di tenagh menjatuhkan diri kepadanya dia harus siap dan bertanggungjawab untuk menahan dan melemparkannya kepada teman yang lain. Begitu seterusnya, dan minta siapa yang di tengah bisa bicara dengan cara bergiliran . Komunikasi BROKEN T Permainan ini bermanfaat untuk mengajak peserta memahami perbedaan antara komunikasi satu arah dan komunikasi partisipatif, serta menyadarkan peserta akan pentingnya prinsip kesetaraan dalam berkomunikasi dengan masyarakat. Langkah – langkah • Siapkan pecahan huruf T (lihat irisan hurup T dalam gambar) sebanyak setengah dari jumlah peserta; kertas karton yang bisa berdiri – apabila tidak ada karton bisa diganti dengan koran dan tali rapia – (berfungsi sebagai pembatas) sebanyak hurup T. • Siapkan gambar hurup T, sesuai dengan irisan tadi (T dalam gambar), sebanyak pecahan hurup T (simpan masing – masing dalam amplop) • Mintalah peserta untuk berpasangan, masing – masing pasangan yang satu berperan sebagai Bos dan yang seorang lagi berperan sebagai atasan. • Selanjutnya atasan Bos dan bawahan, masing-masing duduk berhadapan dengan dibatasi oleh karton atau kertas koran yang digantung dengan tali rapia. • Beritahu peserta bahwa permainan ini akan dibagi ke dalam beberapa babak. • Setiap peserta yang berperan sebagai Bos akan mendapatkan gambar hurup T yang ada dalam amplop, sedangkan bawahan akan mendapatkan pecahan hurup T. • Babak pertama, Bos harus memberi perintah kepada bawahan untuk menyusun hurup T, bawahan tidak boleh bertanya, atasan tidak boleh memperlihatkan gambar kepada bawahan. • Apabila babak pertama telah selesai, babak kedua lakukan dengan perintah yang sama tetapi dalam hal ini bawahan boleh bertanya. (pembatas masih tetap dipakai) dan gambar tetap tidak boleh diperlihatkan. • Babak ketiga, bawahan boleh bertanya dan pembatas boleh dihilangkan. • Diskusikan pengalaman bermain ‘Broken T’ tadi : Apakah ada yang berhasil ? Mengapa terjadi demikian ? Bagaimana perasaan bawahan dan pendapatnya tentang Bos ? Bagaimana pendapat Bos tentang bawahannya ? • Simpulkan bersama peserta dengan mengaitkan efektifitas komunikasi yang setara dan partsisipatif. Partisipasi MENGHITUNG MUNDUR Dalam pendampingan terhadap kelompok belajar di tengah masyarakat, kita sudah biasa menganggap bahwa masyarakat hanyalah penerima informasi, dan bukan pemberi atau sumber informasi. Mengubah kebiasaan atau cara pendang yang sudah lama kita miliki, merupakan hal sulit. Kita biasanya selalu menggunakan kacamata kita. Kita menggunakan bahasa, symbol, gambar, informasi dan teknologi yang berasal dari ‘kebudayaan’ kita. Kita tidak memperhatikan apa kesulitan yang dialami masyarakat untuk menerima hal – hla yang tidak biasa bagi mereka. Sebenarnya, program yang kita kembangkan perlu dinilai menurut kacamata masyarakat, berdasarkan apa yang mereka butuhkan, dengan cara yang mudah diterima mereka. Langkah – langkah • Minta peserta untuk berdiri mambentuk suatu lingkaran. Setiap peserta menghitung secara bergiliran mulai dari 1 sampai 50 (atau sejumlah peserta) • Pada saat menghitung, minta peserta memenuhi peraturan : setiap angka ‘tujuh’ atau ‘ kelipatan tujuh’, angka itu tidak disebutkan, melainkan diganti dengan tepuk tangan. • Apabila ada peserta yang salah melaksanakan tugasnya, maka permainan dimulai dari awal. • Sesudah 3 – 4 ronde, permainan tahap 1 selesai • Permainan tahap – 2 dimulai dengan cara yang sama seperti di atas, tetapi hitungannya dimulai dari angka 50 mundur terus sampai dengan angka 1. Peraturan yang diterapkan juga sama, yaitu setiap angka ‘tujuh’ atau angka ‘kelipatan tujuh’ , angka itu tidak disebutkan, melainkan diganti dengan tepuk tangan. • Setelah 3-4 ronde, permainan selesai. • Minta peserta untuk mendiskusikan : (1) Manakah yang lebih baik banyak terjadi kesalahan, cara 1 atau cara 2 ? (2) Mengapa demikian ? (3) Kira-kira, apa hubungannya permainan ini dengan cara kerja kita dalam kelompok belajar atau di tengah – tengah kehidupan masyarakat kita ( apakah mudah mengganti kebiasaan pendekatan dari atas dengan yang dari bawah ) ?.

Lima S

1. Senyum S yang pertama adalah senyum, Kita harus tersenyum dengan wajah jernih kita rasanya ikut terimbas bahagia. Kata-kata yang disampaikan dengan senyuman yang tulus, rasanya lebih enak didengar daripada dengan wajah bengis dan ketus. Senyuman menambah manisnya wajah walaupun berkulit sangat gelap dan tua keriput jadi tersenyum dengan orang –orang yang kita jumpai 2. Salam S yang kedua adalah salam. Ketika orang mengucapkan salam kepada kita dengan keikhlasan, rasanya suasana menjadi cair, tiba-tiba kita merasa bersaudara. Kita dengan terburu-buru ingin menjawabnya, di situ ada nuansa tersendiri. 1. Sapa S ketiga adalah sapa. Mari kita teliti diri kita kalau kita disapa dengan ramah oleh orang lain rasanya suasana jadi akrab dan hangat. 2. Sopan S keempat, sopan. Kita selalu terpana dengan orang yang sopan ketika duduk, ketika lewat di depan orang tua. Kita pun menghormatinya. Pertanyaannya, apakah kita termasuk orang yang sopan ketika duduk, berbicara, dan berinteraksi dengan orang-orang yang lebih tua? Sering kita tidak mengukur tingkat kesopanan kita, bahkan kita sering mengorbankannya hanya karena pegal kaki, dengan bersolonjor misalnya. Lalu, kita relakan orang yang di depan kita teremehkan. Patut kiranya kita bertanya pada diri kita, apakah kita orang yang memiliki etika kesopanan atau tidak. 3. Santun S kelima, santun. Kita pun berdecak kagum melihat orang yang mendahulukan kepentingan orang lain di angkutan umum, di jalanan, atau sedang dalam antrean, demi kebaikan orang lain. Memang orang mengalah memberikan haknya untuk kepentingan orang lain, untuk kebaikan.